Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah

Selasa, 23 September 2025 | 16:54 WIB
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa menjadi sorotan utama pelaku pasar modal. Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, arah kebijakan fiskal di bawah menteri 'koboi' ini akan menjadi penentu pergerakan ekonomi dan pasar ke depan. Foto Antara.
Baca 10 detik
  • Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa menjadi sorotan utama pelaku pasar modal.
  • Pasar tengah mencermati kebijakan fiskal yang akan lebih ekspansif. Hal ini berbeda dengan era Sri Mulyani yang dikenal dengan penekanan pada disiplin fiskal dan transparansi anggaran.
  • Menurut Rully, ke depannya publik akan melihat kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dengan peran pemerintah dan swasta yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan.

Suara.com - Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa menjadi sorotan utama pelaku pasar modal. Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, arah kebijakan fiskal di bawah menteri 'koboi' ini akan menjadi penentu pergerakan ekonomi dan pasar ke depan.

Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist & Head of Research Mirae Asset, menjelaskan bahwa pasar tengah mencermati kebijakan fiskal yang akan lebih ekspansif. Hal ini berbeda dengan era Sri Mulyani yang dikenal dengan penekanan pada disiplin fiskal dan transparansi anggaran.

"Mandat Presiden kepada Menteri Keuangan baru adalah mempercepat pencapaian pertumbuhan ekonomi 8%," ujar Rully dalam acara Media Day Mirae Asset, Selasa (23/9/2025).

Menurut Rully, ke depannya publik akan melihat kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dengan peran pemerintah dan swasta yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan

Dia menambahkan kebijakan ekonomi yang menjadi sorotan pasar di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa antara lain adalah, pertama, pergeseran dari disiplin fiskal menuju kebijakan pro-growth dengan target pertumbuhan ekonomi 8%.

Kedua, kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, melalui peningkatan belanja pemerintah dan dukungan terhadap program prioritas, salah satunya adalah dengan menyalurkan dana kredit ke bank-bank BUMN senilai Rp 200 triliun. Ketiga, optimalisasi peran sektor swasta dan pemerintah dalam mendorong investasi dan konsumsi.

Dia menambahkan bahwa meskipun latar belakang Purbaya sebagai ekonom dan mantan pejabat BUMN memberikan keyakinan akan kapasitasnya, pelaku pasar tetap menunggu kejelasan mengenai komitmen disiplin fiskal, transparansi anggaran, dan sumber pembiayaan program prioritas pemerintah.

Dengan demikian maka implikasi kebijakan baru tersebut bagi pasar modal adalah volatilitas jangka pendek yang berpotensi berlanjut, tetapi peluang investasi tetap terbuka dalam periode konsolidasi.

“Pasar masih menantikan kepastian apakah kebijakan ekspansif ini akan tetap menjaga keberlanjutan fiskal. Ketidakpastian tersebut menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan indeks saham dan meningkatkan volatilitas pasar obligasi,” jelas Rully.

Baca Juga: APBN 2026 Disahkan, Jadi 'Senjata' Pertama Pemerintahan Prabowo

Menurut dia, Mirae Asset memprediksi bahwa pelemahan pasar saham masih berpotensi berlanjut dalam jangka pendek. Namun, kondisi tersebut justru dapat menjadi momentum bagi investor untuk membeli di saat koreksi (buy on weakness) pada saham-saham pilihan.

Rully menyarankan sektor perbankan yang diprediksi kinerjanya dapat membaik terutama untuk bank BUMN dengan adanya penyaluran dana Rp 200 triliun, asalkan tidak diikuti dengan kenaikan kredit tidak lancar (NPL) yang signifikan.

Selain saham-saham emiten perbankan, dia juga merekomendasikan saham TLKM, TOWR, MTEL, JPFA, KLBF, dan BRPT sebagai saham pilihan yang berpotensi menarik dalam periode konsolidasi ini.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI