Danantara Bersiap Terbang ke China Nego Utang Whoosh, Bunga dan Tenor Jadi Taruhan

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 23 Oktober 2025 | 16:59 WIB
Danantara Bersiap Terbang ke China Nego Utang Whoosh, Bunga dan Tenor Jadi Taruhan
Menteri Koperasi Ferry Juliantono (kiri) dan Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria (kanan) di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (23/10/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)
Baca 10 detik
  • Tim dari pemerintah dan Danantara akan berangkat ke China untuk menegosiasikan ulang utang proyek Whoosh
  • Di tengah lilitan utang pembangunan, operasional KCIC sebenarnya sudah untung dengan jumlah penumpang mencapai 30 ribu per hari dan EBITDA yang positif
  • Pemerintah sedang mempertimbangkan beberapa skema penyelesaian utang jangka panjang, termasuk pemisahan aset infrastruktur dan operasional atau menjadikannya Badan Layanan Umum (BLU)

Suara.com - Pemerintah Indonesia bersiap kembali terbang ke China untuk melobi restrukturisasi utang jumbo proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Whoosh. Negosiasi alot ini menjadi pertaruhan nasib keuangan proyek strategis nasional yang kini operasionalnya sudah positif namun masih terbelit utang pembangunan.

Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, mengonfirmasi bahwa proses negosiasi masih terus berjalan alot. Sebuah tim khusus yang terdiri dari unsur pemerintah dan Danantara akan segera berangkat untuk melanjutkan pembahasan langsung dengan pemerintah China dan mitra konsorsium.

"Terus kita bernegosiasi, kami akan berangkat lagi (ke China) untuk bernegosiasi mengenai term dan pinjamannya. Ini menjadi poin negosiasi berkaitan sama jangka waktu pinjaman, suku bunga, dan kemudian ada beberapa mata uang yang juga akan kita diskusikan dengan mereka," kata Dony di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (23/10/2025).

Tim negosiator saat ini tengah mengatur jadwal keberangkatan dan berkoordinasi dengan Menko Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono, untuk mematangkan strategi lobi. Tiga aspek utama yang menjadi fokus utama dalam restrukturisasi ini adalah perpanjangan jangka waktu pinjaman, penurunan tingkat suku bunga, dan penyesuaian mata uang pinjaman.

Di tengah upaya negosiasi, pemerintah juga tengah mengkaji sejumlah opsi terbaik untuk penyelesaian masalah keuangan KCIC secara jangka panjang. Salah satu skema yang dipertimbangkan adalah pemisahan antara aset infrastruktur dan operasional kereta, atau melimpahkan sebagian aset menjadi milik negara seperti badan layanan umum (BLU).

"Kita tidak ingin opsi A, B, atau C. Pak Rosan juga sudah menyampaikan, ini akan kita kaji. Tentu dalam kajian itu ada beberapa opsi, masing-masing tentu ada plus minusnya. Nah, semua alternatif ini nanti akan kita sajikan, dan mana yang terbaik," jelas Dony sebagaimana dilansir Antara.

Meskipun terbelit utang pembangunan, Dony menegaskan bahwa secara operasional, kinerja Whoosh sangat positif. Jumlah penumpang harian stabil di angka 20-30 ribu orang, dan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) juga tercatat positif.

"EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) KCIC juga positif itu, tinggal masalah utang pembangunan yang lalu, yang ini tentu ada opsi, beberapa opsi dan kita pastikan tentunya ini opsi yang terbaik," tegasnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan juga telah memberi sinyal bahwa Presiden Prabowo Subianto akan segera menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) khusus untuk menyelesaikan polemik utang KCIC ini.

Baca Juga: Getol Bongkar Borok Proyek Whoosh, Siapa Agus Pambagio? Ini Profil dan Pendidikannya

Total investasi proyek KCIC mencapai 7,27 miliar dolar AS atau sekitar Rp120,38 triliun, dengan 75% di antaranya berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) berbunga 2% per tahun.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI