-
-
Inflasi AS lemah, The Fed berpeluang pangkas suku bunga.
-
Wall Street melonjak; Bursa Asia tertekan isu dagang.
-
IHSG didukung net buy asing, diprediksi rebound.
-
Suara.com - Wall Street menutup perdagangan pekan lalu, Jumat (24/10), dengan performa yang impresif, didorong oleh rilis data inflasi Amerika Serikat yang memicu ekspektasi baru terkait kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Tiga indeks utama Wall Street kompak menguat: Dow Jones Industrial Average melesat 1,01%, diikuti oleh S&P 500 yang naik 0,79%, dan Nasdaq Composite memimpin dengan kenaikan 1,15%.
Kenaikan signifikan ini menjadi sinyal positif yang siap merambat ke pasar global, termasuk di kawasan Asia.
Pemicu utama lonjakan bursa AS adalah laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk periode September 2025.
Data yang sempat tertunda akibat penutupan pemerintahan (government shutdown) The Fed ini menunjukkan bahwa CPI naik 0,3% secara bulanan (MoM), membawa tingkat inflasi tahunan (YoY) menjadi 3,0%, berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja.
Angka-angka ini, meskipun masih menunjukkan inflasi, sedikit lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memprediksi 0,4% MoM dan 3,1% YoY.
Bahkan, tanpa memperhitungkan makanan dan energi, inflasi inti (IHK inti) juga berada di bawah ekspektasi, yakni naik 0,2% MoM dan 3,0% YoY.
Angka inflasi yang sedikit melunak ini segera diinterpretasikan oleh pasar sebagai lampu hijau bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter.
Menurut perangkat CME FedWatch, probabilitas pemangkasan suku bunga pada Desember melonjak tajam menjadi 98,5%, dari sebelumnya sekitar 91%.
Baca Juga: IHSG Melemah Tipis, Perang Dagang Masih Jadi Pemicu
Peluang pemangkasan bahkan tetap tinggi, di atas 95%, untuk minggu berikutnya. Harapan pemangkasan suku bunga yang dipercaya akan merangsang aktivitas ekonomi ini sontak mendorong saham-saham perbankan raksasa di AS.
Nama-nama besar di sektor keuangan, termasuk JPMorgan, Wells Fargo, dan Citigroup, semuanya mencatatkan kenaikan sekitar 2%, disusul penguatan pada Goldman Sachs dan Bank of America.
Bursa Saham Asia
Berbeda dengan antusiasme di Wall Street, bursa saham Asia-Pasifik menunjukkan kinerja yang beragam (mixed) pada Jumat (24/10/2025).
Sentimen positif dari AS tertahan oleh kekhawatiran yang kembali mencuat mengenai hubungan dagang antara AS dan China.
Kekhawatiran ini dipicu oleh laporan Reuters yang menyebutkan bahwa pemerintahan Donald Trump sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor ke China untuk produk-produk yang dikembangkan dengan perangkat lunak asal AS.