- Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada sore ini, Rabu (12/11/2025).
- Rupiah ditutup di level Rp 16.717 per dolar AS turun 1,14 persen dibandingkan pada Selasa petang.
- Pemicunya antara lain proyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 yang lebih rendah dari target pemerintah.
Suara.com - Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada sore ini, Rabu (12/11/2025). Seperti dilansir dari Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 16.717 per dolar Amerika Serikat (AS) turun 1,14 persen dibandingkan pada Selasa petang yang berada di level Rp 16.694 per dolar AS.
Rupiah tidak sendirian tak berdaya di hadapan dolar AS. Beberapa mata uang Asia juga mengalami pelemahan. Contohnya peso Filipina dan baht Thailand masing-masing melemah 0,36 persen dan 0,22 persen. Sementara won Korea melemah 0,29 persen dan yen Jepang turun 0,30 persen,
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah ini disebabkan faktor domestik maupun global. Dari sisi eksternal ada keraguan atas rencana Federal Reserve Amerika Serikat untuk memangkas suku bunga pada akhir tahun ini.
"Pasar juga mencermati pemeriksaan Mahkamah Agung atas tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump, meskipun putusan tampaknya tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat," katanya.
Selain itu, DPR AS akan melakukan pemungutan suara untuk mengakhiri shutdown atau penutupan pemerintah setelah Senat AS menyetujui langkah yang bertujuan untuk membuka pengeluaran pemerintah dan mengakhiri penutupan pemerintah terlama yang pernah ada.
"RUU tersebut sekarang akan dibawa ke DPR untuk persetujuan lebih lanjut, dengan badan yang dikendalikan Partai Republik tersebut telah mengisyaratkan akan menyetujui RUU tersebut pada hari Rabu," bebernya.
Sedangkan dari sisi internal, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,33 persen pada 2026. Proyeksi tersebut di bawah target yang telah ditetapkan pemerintah dan DPR yaitu sebesar 5,4 persen. Prakiraan pertumbuhan 5,33 persen pada tahun depan itu berdasarkan perkembangan ekonomi global maupun domestik.
"Proyeksi tersebut di bawah target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2026 sebesar 5,4 persen. Target pemerintah juga realistis, namun tergantung kecepatan realisasi belanja stimulasi fiskal ke depan," tutup dia.
Baca Juga: Rupiah Loyo di Tengah Kuatnya Dolar AS, RUU Redenominasi Jadi Sorotan