- BPS mencatat laju inflasi sebesar 0,17 persen pada November 2025.
- Kenaikan harga emas perhiasan menjadi salah satu penyumbang inflasi.
- Kenaikan harga emas perhiasan domestik tersebut sejalan dengan menguatnya harga emas global sepanjang tahun.
Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2025 berada dalam kondisi yang relatif stabil. Secara bulanan, inflasi tercatat 0,17 persen. Secara tahunan, inflasi mencapai 2,72 persen, sementara inflasi tahun kalender berada di level 2,27 persen.
Pergerakan harga yang tetap terjaga ini menunjukkan dinamika pasar jelang tutup tahun masih berada dalam kisaran yang aman.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan sejumlah kelompok pengeluaran menjadi pendorong utama inflasi bulan ini. Yang paling menonjol datang dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang mencatat inflasi 1,21 persen dengan andil 0,09 persen.
“Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen,” ujar Pudji dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025).
Kenaikan harga emas perhiasan domestik tersebut sejalan dengan menguatnya harga emas global sepanjang tahun. Tren tersebut kemudian merembet ke pasar lokal dan mendorong kenaikan pada kelompok pengeluaran terkait.
Berbeda dari komoditas non-pangan, sejumlah pangan justru mencatat deflasi dan membantu menahan laju inflasi. Harga daging ayam ras, beras, dan cabai merah menurun cukup signifikan. Komoditas lain seperti telur ayam dan kentang juga turun meski kontribusinya relatif kecil.
Bila ditelusuri menurut komponennya, inflasi inti menjadi penyumbang terbesar pada pergerakan indeks harga konsumen November. Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah turut mengalami kenaikan, terutama tarif angkutan udara yang terdongkrak oleh meningkatnya mobilitas masyarakat menuju akhir tahun.
Dari sebaran wilayah, inflasi bulanan dialami oleh 28 provinsi, sedangkan 10 provinsi justru mencatatkan deflasi. Papua menjadi wilayah dengan inflasi tertinggi mencapai 1,69 persen. Sebaliknya, Aceh mencatat deflasi paling dalam sebesar 0,67 persen.
Satu poin penting lainnya datang dari pergerakan harga beras. BPS melaporkan penurunan harga beras di seluruh rantai pasokan—mulai dari tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran. Penurunannya masing-masing mencapai 0,88 persen, 0,93 persen, dan 0,59 persen secara bulanan.
Baca Juga: Kemenkeu Waspadai Inflasi Pangan Akhir Tahun Imbas Cuaca Ekstrem
Fenomena ini konsisten dengan dua bulan sebelumnya, di mana harga beras terus menurun di setiap tingkat distribusi. Tren ini menjadi salah satu faktor kunci mengapa inflasi November tetap terkendali.
Dengan kombinasi tekanan kenaikan harga pada komoditas tertentu dan deflasi pada pangan strategis, stabilitas inflasi di akhir tahun dinilai masih berada dalam koridor yang aman bagi perekonomian nasional.