BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 4,75 Persen, Ini Alasannya

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:41 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 4,75 Persen, Ini Alasannya
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang umumkan kondisi ekonomi Indonesia
Baca 10 detik
  • Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI Rate pada level 4,75 persen setelah RDG Desember 2025.
  • Keputusan ini diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih ada.
  • Kebijakan jangka pendek fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah serta menarik investasi portofolio asing masuk.

Suara.com - Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 4,75 persen. Keputusan diambil setelah petinggi BI menggelar Rapat Dewar Gubernur (RDG).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini dilakukan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Apalagi, ketidakpastian ekonomi global masih terjadi membuat BI tetap menahan suku bunga.

"Berdasarkan assemen dan prospek dengan indikator Rapat Dewan Gubernur pada 16 Desember dan 17 Desember 2025 memutuskan mempertahankan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75, persen," ujar Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/12/2025).

Arsip foto - Gubernur Bank Indonesa Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti (kanan), Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) menyampaikan paparan saat konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt/aa.
Arsip foto - Gubernur Bank Indonesa Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti (kanan), Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) menyampaikan paparan saat konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt/aa.

Selain itu, BI juga memutuskan bunga Deposit Facility dipertahankan di level 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility juga masih 5,5 persen.

"Fokus kebijakan jangka pendek stabilitasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran investasi portofolio asing dengan dampak gejolak ekonomi global," katanya.

Hal ini seiring dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen.

Hal ini untuk mejaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kapasitas perekonomian.

"Bank Indonesia juga terus mempererat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Sinergi kebijakan Bank Indonesia dengan Pemerintah diperkuat untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah," pungkasnya.

Baca Juga: Bank Indonesia Diramal Tahan Suku Bunga di Akhir Tahun, Ini Faktornya

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI