Trump 'Ngebet' Caplok 4 Juta Barel Minyak Venezuela, China dan Rusia Geram

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 24 Desember 2025 | 13:36 WIB
Trump 'Ngebet' Caplok 4 Juta Barel Minyak Venezuela, China dan Rusia Geram
Ilustrasi Donald Trump dan kapal tanker [ist/via True Crime Update, Kristi Noem]
Baca 10 detik
  • Presiden Trump dari AS secara terbuka mengancam Presiden Maduro Venezuela, dan menyandera kapal minyak Venezuela.
  • Venezuela membantah tuduhan dan menganggap tindakan AS sebagai upaya penguasaan cadangan minyak negara.
  • Rusia dan China menunjukkan dukungan kuat kepada Caracas, mendorong sidang darurat Dewan Keamanan PBB mengenai agresi AS.

Suara.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara terbuka melontarkan ancaman tajam terhadap Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.

Dalam sebuah pernyataan yang mempertegas sikap konfrontatif Washington, Trump menyebut bahwa mundurnya pimpinan sosialis tersebut adalah langkah yang paling masuk akal untuk saat ini.

Ketegangan ini tidak hanya sekadar perang urat syaraf, tetapi telah merambah pada tindakan militer dan penyitaan aset strategis di perairan internasional.

Langkah AS ini memicu reaksi keras dari kekuatan global lainnya, yakni Rusia dan China, yang kini berdiri di belakang Caracas untuk menantang dominasi kebijakan unilateral Washington.

Berbicara dari resor pribadinya, Mar-a-Lago di Florida, Presiden Donald Trump yang didampingi oleh dua sosok kunci kabinetnya—Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth—mengisyaratkan bahwa masa kepemimpinan Maduro di ujung tanduk.

Trump menekankan bahwa AS telah menyiapkan tekanan yang lebih besar jika Maduro tetap bersikukuh mempertahankan kekuasaannya.

Ketika para jurnalis mempertanyakan apakah target akhir dari manuver ini adalah penggulingan kekuasaan, Trump memberikan jawaban yang penuh teka-teki namun intimidatif.

“Yah, saya pikir mungkin begitu… Itu terserah dia apa yang ingin dia lakukan. Saya pikir akan bijaksana baginya untuk melakukan itu. Tapi sekali lagi, kita akan mengetahuinya,” ujar Trump.

Ia menambahkan dengan nada yang lebih keras, “Jika dia ingin melakukan sesuatu, jika dia bermain keras, itu akan menjadi terakhir kalinya dia bisa bermain keras.”

Baca Juga: Pernyataaan Trump Tekan Harga Minyak Dunia

Pernyataan ini muncul di tengah operasi besar-besaran Penjaga Pantai AS yang sedang mengejar kapal tanker minyak ketiga dalam kurun waktu 48 jam.

Kapal tersebut diidentifikasi sebagai bagian dari "armada gelap" ( dark fleet) yang selama ini digunakan Venezuela untuk menembus sanksi ekonomi AS.

Donald Trump tidak hanya mengincar posisi politik Maduro, tetapi juga komoditas paling berharga di Venezuela: minyak. Hingga saat ini, Penjaga Pantai AS dilaporkan mengklaim hampir 4 juta barel minyak mentah Venezuela beserta kapal-kapalnya.

Trump dengan percaya diri menyatakan akan terus memburu kapal-kapal lain yang mencoba melanggar blokade tersebut.

"Kapal itu bergerak maju, dan kita akan menangkapnya," tegas Trump. Mengenai nasib jutaan barel minyak yang telah dikuasai AS, Trump mengisyaratkan beberapa kemungkinan penggunaan yang semuanya merugikan Caracas.

"Mungkin kita akan menjualnya. Mungkin kita akan menyimpannya. Mungkin kita akan menggunakannya dalam cadangan strategis," papar dia. "Kita akan menyimpannya. Kita juga akan menyimpan kapal-kapal itu."

Di sisi lain, Trump melalui akun Truth Social miliknya telah menetapkan pemerintahan Maduro sebagai "organisasi teroris asing".

Ia mengklaim bahwa Venezuela saat ini "sepenuhnya dikepung oleh armada terbesar yang dihimpun dalam sejarah Amerika Selatan". Langkah drastis ini bertujuan untuk memaksa Venezuela mengembalikan semua aset yang menurut AS telah dicuri.

Menanggapi intimidasi dari Washington, Nicolas Maduro tidak tinggal diam. Melalui pidato resmi di televisi publik, ia membalas dengan menyindir kondisi domestik Amerika Serikat yang dianggapnya sedang tidak baik-baik saja secara ekonomi maupun sosial.

Maduro menilai Trump sedang melakukan pengalihan isu dengan mencampuri urusan kedaulatan negara lain.

“Ia akan lebih baik berada di negaranya sendiri dalam hal ekonomi dan sosial, dan ia akan lebih baik di dunia jika ia mengurus urusan negaranya,” ungkap Maduro.

Venezuela dengan tegas membantah tuduhan keterlibatan dalam perdagangan narkoba yang menjadi dalih AS melakukan operasi militer di Karibia dan Pasifik.

Menurut perwakilan Venezuela, tuduhan tersebut hanyalah kedok bagi Washington untuk menguasai cadangan minyak terbesar di dunia yang dimiliki Venezuela. 

Eskalasi ini dengan cepat menarik perhatian Moskow dan Beijing. China secara terang-terangan memberikan dukungan kepada Venezuela yang meminta digelarnya sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas aktivitas militer AS yang dianggap mengancam stabilitas kawasan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan keberatan negaranya terhadap gaya kepemimpinan AS yang bersifat intimidasi.

"China mendukung permintaan Venezuela untuk mengadakan sidang darurat Dewan Keamanan PBB," kata Guo Jiakun, via Sputnik.

Ia juga menambahkan, "China menentang semua tindakan unilateralisme dan intimidasi, dan mendukung negara-negara dalam membela kedaulatan dan martabat nasional mereka."

Dukungan serupa datang dari Rusia. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menyampaikan keprihatinan mendalam atas operasi militer AS di wilayah Karibia.

Moskow khawatir tindakan AS dapat merusak keamanan pelayaran internasional. Dalam komunikasinya dengan Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil, Lavrov "menegaskan kembali dukungan penuh dan solidaritasnya kepada kepemimpinan dan rakyat Venezuela dalam konteks saat ini."

Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi juga menegaskan posisi strategis negaranya sebagai mitra yang dapat diandalkan bagi Caracas.

"China menentang semua bentuk unilateralisme dan intimidasi dan mendukung semua negara dalam membela kedaulatan dan martabat nasional mereka. Venezuela berhak untuk secara independen mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara lain," tegas Wang Yi.

Konflik ini kini bergeser ke meja diplomasi di PBB, di mana Venezuela akan menguji kekuatan Pasal 39 Piagam PBB guna memulihkan legalitas internasional dan menghentikan pengepungan ekonomi serta militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

Terkini, harga minyak dunia naik dua hari berturut-turut. Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah brent naik tipis 4 sen atau 0,06% menjadi US$ 62,42 per barel. Sedangkan, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) bertambah 3 sen atau 0,05% ke level US$ 58,41 per barel.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI