Tahun berikutnya, 1979–1980 diperkenalkan kompetisi Liga Sepak Bola Utama atau Galatama yang terdiri dari sebuah divisi tunggal (kecuali pada musim tahun 1983 dan 1990 terdiri dari 2 divisi) dan dianggap lebih semi-profesional.
Saat itu, Perserikatan maupun Galatama tetap berjalan sendiri-sendiri. Galatama merupakan kompetisi sepak bola. Galatama menjadi salah satu pioner kompetisi semi-professional dan professional di Asia selain Liga Hong Kong.
Pada 1994, PSSI menggabungkan Perserikatan dan Galatama dan membentuk Liga Indonesia, tujuannya adalah meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia. Fanatisme suporter di Perserikatan bercampur dengan profesionalisme dari Galatama.
Kompetisi Profesional Sepak Bola Indonesia
Liga Super Indonesia terbentuk pada 2008 yang menggantikan Divisi Utama sebagai kompetisi tingkat teratas dan menjadi liga sepak bola profesional pertama di Indonesia. Namun sayang, dualisme kompetisi kembali terjadi pada 2011 dengan adanya Liga Prima Indonesia. Hal tersebut terjadi selama beberapa tahun.
Tahun 2014, penggabungan Liga Primer Indonesia dengan Liga Super Indonesia terjadi setelah kongres luar biasa PSSI pada 2013. Namun belum ada setahun berlalu, PSSI justru dibekukan.
Pada April 2015, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi membekukan PSSI karena PSSI dianggap tidak mematuhi peraturan olahraga nasional. Akibat intervensi tersebut, PSSI dibekukan oleh FIFA. Satu tahun kemudian, Menpora mencabut sanksi terhadap PSSI. Pada tanggal 13 Mei 2016, FIFA mencabut sanksi yang diberikan untuk Indonesia setelah menerima laporan bahwa Menpora telah mencabut surat pembekuan aktivitas terhadap PSSI.
Kekinian, kompetisi sepak bola profesional tertinggi di Indonesia berganti nama menjadi Liga 1. Kompetisi ini diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia Baru sejak 2017.
Demikian, sejarah sepak bola Indonesia dari era Hindia Belanda hingga PSSI.
Baca Juga: Nomor Punggung 6 yang Begitu Keramat bagi Tony Sucipto
Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat