Awal yang Mengejutkan
Ada keadaan yang sangat dikenal oleh Chelsea dan sekaligus ingin mereka hindari saat mereka mengangkat sang pencetak gol terbanyak sepanjang masa klub ini sebagai manajer musim panas lalu.
Musim pertama Lampard diberi label musim 'transisi'. Sebenarnya si ambisius Lampard tak menyukai istilah ini.
"Mencapai empat besar akan luar biasa mengingat situasi yang dihadapi Chelsea saat ini," kata komentator Sky Sports Jamie Redknapp ketika Lampard ditunjuk musim lalu.
![Para pemain Chelsea merayakan gol ke gawang Leeds United pada laga Liga Inggris 2020/2021 kontra Leeds United di Stamford Bridge, Minggu (6/12/2020) dini hari WIB. [MATTHEW CHILDS / POOL / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/12/06/73336-chelsea.jpg)
Namun Lampard malah berhasil mengantarkan Chelsea finis urutan keempat di mana kemenangan pada hari terakhir atas Wolves mengamankan tempat mereka di Liga Champions. Lampard juga mengantar Chelsea ke final Piala FA di musim pertamanya.
Di antara yang banyak disorot adalah saat menang mengesankan 1-0 melawan Ajax dalam fase grup Liga Champions, kemudian menang meyakinkan atas Manchester City setelah kompetisi bergulir lagi Juni tahun lalu. Lampard pun dianggap lebih baik dari pada mantan bosnya Jose Mourinho.
Mereka memperlihatkan petunjuk menggembirakan, namun Chelsea mengakhiri musim itu dengan kekalahan 1-4 melawan Bayern Muenchen dan kalah agregat 1-7 dari tim yang akhirnya juara Liga Champions itu.
Laga 16 besar Liga Champions itu yang berbarengan dengan selisih 33 poin dari juara Liga Premier Liverpool, menunjukkan Lampard dan Chelsea masih bisa berbuat banyak.
Kemerosotan pada pertengahan musim tatkala Chelsea kalah lima dari tujuh laga terakhirnya tak lama setelah cuma memenangkan satu dari enam pertandingan Liga Premier, sekonyong-konyong membuat Lampard kesulitan menemukan cara dalam membuka memperbaiki timnya. Dia dianggap tak bisa memetik pelajaran dan ini besar sekali akibatnya.
Baca Juga: 5 Fakta Karier Kepelatihan Frank Lampard, Minim Pengalaman!
Musim panas lalu Lampard mau berbicara terbuka mengenai apa yang diperlukan guna membangun mentalitas juara di kalangan pemainnya. Dia dibandingkan dengan masa kepelatihan Juergen Klopp di Liverpool yang mencapai ke level setelah melewati proses jatuh bangun.