Di awal penerapan taktik dalam sepak bola, formasi menyerang sangat disukai oleh setiap tim. Skema menumpuk penyerang pun menjadi skema yang digemari.
Tak ayal formasi yang digunakan seperti 1-2-7 dengan skema umpan lambung ke para penyerangnya. Formasi ini pun memancing lahirnya formasi lain di mana Inggris yang menerapkan formasi tersebut memaksa lawannya, Skotlandia memainkan formasi lainnya.
Saat itu, Skotlandia kalah dari formasi 1-2-7 Inggris dan mulai menerapkan formasi 2-2-6 yang mengandalkan skema umpan pendek dan dribel pemainnya.
Skema permainan dengan umpan pendek dan dribel para pemain pun menjadi sebuah hal awam hingga saat ini yang kemudian membuat sepak bola berevolusi seiring banyaknya aturan yang dibuat.
Setelahnya Herbert Chapman, pelatih Arsenal, menerapkan formasi 3-2-2-3 di tahun 1925 dan dijuluki formasi ‘WM’ karena bentuk formasinya yang mengarah ke huruf W dan M.
Formasi tersebut mengantarkan pada kesuksesan Arsenal di awal abad 2000. Lalu, formasi tersebut pun juga berkembang menjadi 4-2-4 yang digunakan Timnas Brasil di gelaran Piala Dunia yang lagi-lagi berujung kesuksesan.
Pola 4-2-4 ini menjadi cikal bakal variatifnya formasi dalam sepak bola saat ini karena skema yang dimainkan yakni menyerang dan bertahan sama baiknya.
Lahirnya beberapa filosofi dalam sepak bola seperti Catenaccio, Total Football, dan Tiki-Taka mengilhami lahirnya skema permainan yang tak melulu identik dengan formasi yang diterapkan.
Catenaccio yang mengandalkan 4-4-2, Total Football yang mengandalkan 3-4-3 menjadi 4-3-3 hingga Tiki-Taka yang mengandalkan skema 4-3-3 atau 4-2-3-1 menjadi rangkaian formasi yang kini dikenal luas oleh banyak penikmat sepak bola.
Baca Juga: Real Madrid Malu-maluin Banget Lawan Tim Debutan Liga Champions, Ini Kata Casemiro
Variatifnya formasi dan taktik ini pun melahirkan banyak peran di sepak bola seperti gelandang Box to Box, Deep Lying Playmaker, Regista, hingga Inside Forward dan Inverted Winger.
Kontributor: Zulfikar Pamungkas