Percaya atau tidak, hasil-hasil apik yang didapat Man United dan Solskjaer hampir bergantung pada kualitas individu para pemainnya di lapangan.
Tak percaya? Laga melawan Villarreal dan West Ham United musim ini menjadi bukti bahwa Solskjaer terlalu mengandalkan pemainnya di mana sang kiper, David De Gea, harus pontang panting menyelamatkan gawangnya dari serbuan lawan.
Jika Solskjaer punya sistem bertahan yang jelas, De Gea tentunya tak perlu repot-repot unjuk gigi setiap menerima serangan dari lawan.
3. Tak Andal dalam Memanfaatkan Potensi Pemain
Dengan skuad termewah kedua di dunia, ekspektasi yang diberikan kepada Solskjaer tentu akan tinggi. Sayangnya, ekspektasi itu tak dibarengi dengan pengetahuannya dalam memanfaatkan skuad mewahnya.
Saat ini, Man United dihuni oleh beberapa pemain bintang hampir di setiap posisinya. Tapi Solskjaer tak mampu mengeksploitasi kemampuan spesifik pemainnya dalam posisinya.
Sebagai contoh, ada Donny van de Beek yang kerap dicadangkan padahal ia tampil apik saat bermain di lini tengah. Lalu, Solskjaer pernah menaruh Paul Pogba yang notabene pemain tengah sebagai winger kiri dalam skema 4-2-3-1.
4. Tak Berdaya Melawan Tim yang Lemah
Poin nomor 4 ini berkesinambungan dengan poin pertama. Ketidakpahaman Solskjaer akan taktik dan tak adanya identitas permainan, membuat Man United sulit mengalahkan lawan-lawan yang notabene lemah.
Baca Juga: Jadwal Liga Champions Pekan Ini: Atletico vs Liverpool, Man United Jamu Atalanta
Saat menghadapi Man United, tim-tim lemah cenderung bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik. Mau tak mau Solskjaer menginstruksikan pemainnya untuk menyerang tanpa adanya taktik yang jelas.