"Rencana itu mati dan dibunuh oleh kedua pihak sebelum dipublikasikan," ucap sejarawan sepak bola, Gary James kepada Manchester Evening News.
"Saya sempat bicara dengan Eric Alexander, putra Albert yang merupakan ketua Man City pada saat itu, dan dia mengatakan Frank Johnson.''
"Muncul dan datang dengan ide itu, ia (Frank) memang sering melontarkan ide-ide gila," imbuhnya.
Lebih lanjut, Gary mengatakan jika di tahun 1964 adalah tahun di mana Manchester City berada pada titik terendah dalam sejarah klub.
Meski begitu, bukan soal prestasi di klasemen melainkan soal nilai moral, atmosfer dan suporter yang memberi dukungan.
Menurunnya jumlah penonton ke stadion menjadi fenomena yang terjadi di kubu Manchester City pada saat itu, minat kepada klub jelas menurun drastis.
"Di akhir tahun 90-an, kami masih memiliki lebih dari 30.000 penonton, dan itu berarti klub masih memiliki profil tinggi," ujar Gary.
"Pada 1964-65 kami berada di divisi kedua, dukungan telah turun hingga kurang dari 15.000, dan minat umum pada klub juga turun.''
"Saya selalu percaya pada tahun 90-an bahwa City akan kembali, karena kekuatan dukungan, tetapi pada tahun 60-an banyak orang tidak merasa seperti itu," tandas Gary James.
Baca Juga: Urutan Kiper dengan Penyelamatan Terbanyak di Liga Inggris, De Gea Nomor 5
(Kontributor: Eko Isdiyanto)