Keberhasilannya itu kemudian mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Timur karena terpilih sebagai ketua.
Haruna memang sudah berpengalaman di dunia sepak bola terlepas dari berbagai kontroversi yang mengiringinya.
Namun, sudah saatnya federasi sepak bola di Indonesia dipercayakan kepada orang-orang yang lebih muda demi memberikan warna baru.
2. Pemikiran Masih Konvensional
Tak berlebihan kiranya untuk menyebut Haruna Soemitro sebagai salah satu pejabat di PSSI yang pemikirannya masih konvensional.
Hal inilah yang barangkali membuat sepak bola Indonesia tak kunjung maju karena kurangnya pemikiran-pemikiran progresif.
Salah satu pemikiran kuno dan kontroversial yang baru-baru ini dilontarkan Haruna ialah menyebut bahwa hasil akhir lebih penting daripada proses.
Hal itu disampaikan Haruna karena Shin Tae-yong gagal mempersembahkan gelar juara bersama timnas Indonesia di Piala AFF 2020.
“Tidak penting itu sebuah proses. Yang paling penting adalah hasil. Apa pun latihannya, kalau tidak juara ya belum bisa dikatakan juara,” kata Haruna.
Baca Juga: Profil Haruna Soemitro, Exco PSSI Kontroversial yang Kritik Pedas Shin Tae-yong
“Indonesia sudah enam kali masuk final Piala AFF. Jadi, kalau sekarang tetap runner-up, ya bukan prestasi,” ia melanjutkan.