Suara.com - Musim 2024/2025 menjadi salah satu musim paling menegangkan dalam sejarah Manchester United. Tidak hanya dari sisi performa di lapangan, tetapi juga dari tekanan finansial yang semakin menggunung.
Dalam situasi pelik ini, Liga Europa menjadi satu-satunya harapan realistis bagi "Setan Merah" untuk menyelamatkan musim mereka, baik secara kompetitif maupun dari aspek keuangan.
Saat ini, Manchester United menempati posisi ke-14 di klasemen sementara Liga Inggris dengan koleksi 38 poin.
Dengan hanya enam laga tersisa, peluang mereka finis di enam besar sangat kecil, kecuali keajaiban terjadi—semua tim di atas mereka kalah dan MU memenangkan seluruh pertandingan.
Situasi yang hampir mustahil ini membuat Liga Europa menjadi fokus utama.
Liga Europa bukan sekadar kompetisi pelengkap musim ini, melainkan satu-satunya jalan yang bisa membawa MU kembali ke Liga Champions musim depan.

Selain gengsi, partisipasi di Liga Champions juga penting untuk menyelamatkan keuangan klub yang sedang mengalami tekanan berat.
Meskipun Manchester United masih masuk dalam jajaran klub berpendapatan tertinggi versi Deloitte Money League, kenyataannya kondisi keuangan mereka jauh dari kata sehat.
Dalam laporan keuangan terbaru, MU mencatatkan kerugian sebesar 113 juta pound (sekitar Rp2,52 triliun) pada musim lalu. Padahal, Liga Premier hanya mengizinkan kerugian maksimal 105 juta pound dalam tiga musim terakhir.
Beban keuangan MU diperparah oleh utang jangka panjang yang terus membengkak, mencapai 515,7 juta pound, serta utang biaya transfer sebesar 414 juta pound. Tidak hanya itu, bunga utang yang harus dibayar per tahun mencapai 35 juta pound, menjadikan beban finansial klub semakin menyesakkan.
Baca Juga: Eks Manchester United Sentil Mertua Arhan: Bicara Mafia Tapi Gaji Saya Belum Dibayar!
Berbeda dengan musim-musim sebelumnya, Liga Europa kali ini dipandang sebagai “kompetisi hidup mati” oleh tim-tim besar seperti Manchester United dan Tottenham Hotspur.
Keduanya sulit finis di zona Eropa melalui liga domestik, dan hanya Liga Europa yang bisa memberi mereka tiket emas ke Liga Champions musim depan.
Pemasukan dari menjuarai Liga Europa musim ini diperkirakan bisa mencapai 60 juta pound (sekitar Rp1,34 triliun), jumlah yang cukup signifikan untuk membantu MU menutup sebagian kerugiannya.
Namun, jauh lebih menguntungkan jika mereka berhasil lolos ke Liga Champions, yang bisa memberikan pemasukan lebih dari 100 juta pound (Rp2,23 triliun), seperti yang diterima klub-klub besar Eropa lainnya musim ini.
Ketidakhadiran MU di Liga Champions tak hanya berdampak pada pemasukan dari UEFA, tapi juga dari sponsor utama mereka. Adidas, misalnya, memiliki klausul yang memungkinkan pengurangan nilai sponsor sebesar 10 juta pound per musim jika MU gagal tampil di Liga Champions.
Dengan nilai kontrak tahunan sebesar 90 juta pound, kehilangan 10 juta bisa berdampak signifikan, terutama saat klub sedang dalam mode efisiensi total.