Maka dari itu, pengelolaan skuad yang efisien menjadi sangat penting, termasuk memastikan pelatih memiliki kedalaman tim yang memadai.
Dalam skema ideal, dibutuhkan minimal dua pemain untuk setiap posisi atau istilah populernya “2x11 pemain”, agar pelatih tetap memiliki opsi ketika menghadapi situasi darurat seperti cedera atau akumulasi kartu.
Lebih jauh, Erick menekankan bahwa pembentukan skuad Timnas Indonesia saat ini sudah mengarah pada strategi jangka panjang. Proses naturalisasi yang telah dilakukan sebelumnya sudah menghasilkan beberapa nama potensial yang kini menjadi andalan dalam tim utama.
Oleh karena itu, memperkuat koordinasi internal dan mempercepat adaptasi menjadi langkah yang dinilai lebih efektif ketimbang menambah nama baru di saat genting.
Dari sisi teknis, keputusan ini juga memberi ruang bagi pemain lokal untuk terus berkembang dan menunjukkan kapasitasnya di level internasional.
Pelatih kepala dan tim teknis PSSI pun terus melakukan evaluasi terhadap performa pemain, baik yang berkompetisi di Liga 1 maupun yang bermain di luar negeri.
Namun, untuk jangka pendek menjelang laga melawan China dan Jepang, tidak akan ada intervensi berupa rekrutmen pemain tambahan.
Kebijakan ini selaras dengan filosofi pembangunan sepak bola yang berkelanjutan. Fokus tidak hanya pada hasil jangka pendek, tetapi juga pembentukan fondasi tim yang solid dalam menghadapi berbagai kompetisi mendatang, baik di level regional maupun internasional.
Di sisi lain, masyarakat dan penggemar sepak bola nasional tetap menaruh harapan tinggi pada skuad Garuda. Harapan itu muncul dari penampilan apik Timnas Indonesia dalam beberapa laga terakhir yang memperlihatkan semangat juang dan kualitas permainan yang terus meningkat.
Baca Juga: Media Internasional Shock Timnas Indonesia Bakal Naturalisasi Pemain Premier League
Konsistensi menjadi kunci utama, dan untuk mencapainya, kestabilan internal skuad menjadi salah satu faktor yang tak boleh diabaikan.