Suara.com - PSSI mendadak mendapatkan hukuman lumayan berat dari federasi sepak bola dunia atau FIFA.
Sanksi itu imbas perilaku diskriminatif suporter ketika Timnas Indonesia menjamu Bahrain dalam lanjutan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran ketiga di Stadion GBK, Jakarta, Maret silam.
PSSI menerima surat pemberitahuan resmi dari FIFA pada Sabtu (10/5/2025) yang menyatakan bahwa Indonesia dinyatakan bersalah karena tindakan tidak terpuji dari sebagian penonton.
Pelanggaran terjadi pada menit ke-80 saat pertandingan berlangsung di mana sekelompok suporter yang diperkirakan berjumlah 200 hingga 300 orang terdengar meneriakkan slogan bernada xenofobia.
Teriakan tersebut dinilai sebagai bentuk ujaran kebencian yang tidak dapat ditoleransi oleh badan sepak bola dunia itu.
Sebagai konsekuensinya, FIFA menjatuhkan dua jenis hukuman kepada Indonesia. Pertama, PSSI dikenakan denda administratif sebesar lebih dari Rp400 juta.
Denda ini mencerminkan tingkat keseriusan FIFA dalam menindak setiap bentuk diskriminasi yang muncul di stadion.
Uniknya, hukuman itu keluar hanya berselang sehari setelah PSSI memberikan sanksi berat kepada bek PSM Makassar, Yuran Fernandes.
Yuran dihukum larangan beraktivitas di sepak bola Indonesia selama satu tahun usai mengritik kondisi psersepak bolaan Tanah Air.
Baca Juga: Timnas Indonesia Apes! Dijatuhi Sanksi FIFA Jelang Hadapi China, Rugi 2 Kali!
Anggota Exco PSSI Arya Sinulingga menjelaskan PSSI harus menerima hukuman denda dan pengurangan jumlah penonton.
"Keputusan FIFA, PSSI harus bertanggung jawab atas perilaku diskriminatif suporter pada saat pertandingan Indonesia lawan Bahrain yang dimainkan 25 Maret 2025. Di sana FIFA juga kirim laporan, jadi ada monitoring sistem mereka anti-diskriminasi, sebagai laporan mereka," ujar Arya melansir ANTARA, Minggu (11/5/2025).
"Berdasarkan laporan tersebut, FIFA menyatakan suporter Indonesia paling aktif di tribun utara dan selatan. Peristiwa terjadi di sektor 19, disebabkan suporter Indonesia pada menit ke-80 sekitar hampir 200 suporter tuan rumah teriakkan slogan xenophobia "Bahrain bla...bla...bla..."," tambahnya.
Arya mengatakan jika PSSI harus membayar denda hampir setengah miliar rupiah atau sekitar Rp400 juta dan harus mengurangi sekitar 15 persen dari kursi yang tersedia pada pertandingan kandang selanjutnya.
Ia menambahkan, pengurangan jumlah kursi diterapkan di belakang gawang bagian utara dan selatan, namun FIFA menawarkan alternatif lain agar jumlah tersebut dapat diisi oleh elemen suporter lain.
"FIFA juga berikan ruang alternatif boleh saja 15 persen itu diberikan tapi kepada komunitas anti-diskriminasi atau komunitas khusus seperti keluarga, mungkin pelajar atau perempuan. Dan mereka harus pasang spanduk anti-diskriminasi," jelas Arya.
FIFA, lanjut dia, meminta PSSI untuk membuat rencana komprehensif melawan tindakan diskriminasi di sepak bola.
"Sanksi ini adalah hal yang berat yang kita terima karena FIFA itu miliki prinsip kesetaraan, kemanusiaan, saling menghargai, dan menghormati," jelasnya.
Menurut Arya, sanksi dari FIFA tersebut menjadi sebuah pembelajaran dan perlu adanya langkah-langkah literasi dan pendidikan kepada suporter agar tidak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan diskriminasi seperti hate speech, ujaran kebencian, rasisme, xenophobia, dan lainnya.
"Jelas ini merugikan kita semua. Tapi harus tanggung bersama-sama," katanya.
Hukuman ini selanjutnya akan diterapkan oleh PSSI ketika timnas Indonesia melakoni pertandingan kesembilan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga zona Asia menjamu timnas China di Stadion GBK, Jakarta, 5 Juni pukul 20.45 WIB.
Kasus seperti ini juga menandakan bahwa FIFA semakin tegas dalam mengontrol perilaku suporter.
Negara-negara lain pun pernah menerima sanksi serupa, termasuk denda dan pertandingan tanpa penonton, yang bertujuan menumbuhkan budaya stadion yang sehat dan inklusif.
PSSI kini berada dalam posisi penting untuk tidak hanya menjalankan sanksi secara administratif, namun juga menjadikan momentum ini sebagai titik awal untuk membenahi edukasi suporter.