Potensi Sanksi yang Akan Didapat Arema FC Usai Kaca Bus Persik Kediri Pecah karena Lemparan Batu

Irwan Febri Suara.Com
Senin, 12 Mei 2025 | 20:23 WIB
Potensi Sanksi yang Akan Didapat Arema FC Usai Kaca Bus Persik Kediri Pecah karena Lemparan Batu
Potret bus Persik Kediri yang kacanya pecah pasca dilempari batu. (Dok. ze valente)

Suara.com - Arema FC kembali berada di ujung tanduk dan terancam menerima sanksi dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI setelah aksi tak terpuji yang dilakukan oleh oknum suporter mereka.

Insiden memalukan ini terjadi usai laga lanjutan Liga 1 2024/2025 saat Persik Kediri bertandang ke markas Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang, Minggu (11/5/2025).

Dalam peristiwa ini, kaca bus yang membawa skuad Persik Kediri dilempari batu oleh oknum suporter Arema, yang dikenal sebagai Aremania.

Laga tersebut menjadi momen penting karena untuk pertama kalinya, Stadion Kanjuruhan kembali digunakan sebagai kandang Arema FC setelah proses renovasi panjang.

Pertandingan ini juga berlangsung dalam bayang-bayang duka mendalam akibat Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 153 nyawa dan melukai lebih dari 500 orang pada 2022 silam.

Tragedi tersebut menjadi catatan kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia, dan seharusnya menjadi pelajaran besar bagi semua pihak, terutama suporter.

Namun sayangnya, harapan akan hadirnya sikap dewasa dan penghormatan terhadap nilai-nilai sportivitas justru kembali dicoreng oleh segelintir oknum suporter.

Meskipun Persik Kediri datang dengan sikap damai dan bahkan sempat memberikan penghormatan kepada para korban tragedi Kanjuruhan, aksi anarkis justru terjadi saat rombongan tim hendak meninggalkan stadion.

Bus yang mereka tumpangi menjadi sasaran lemparan batu, menyebabkan kaca pecah dan menciptakan ketegangan yang tidak perlu.

Baca Juga: Serius Tangani Kasus Aremania Lempari Bus Persik Kediri, PT LIB: Ini Memalukan!

Ironisnya, insiden ini terjadi setelah Arema FC kalah telak dari tamunya dengan skor 0-3.

Hasil tersebut tentu menjadi pukulan tersendiri, namun kekecewaan seharusnya tidak dilampiaskan dengan cara-cara yang mencederai nilai kemanusiaan dan keselamatan orang lain.

Tindakan tersebut tidak hanya merusak citra klub, tetapi juga membuka peluang sanksi serius yang bisa berdampak panjang.

Ancaman Sanksi dari Komdis PSSI

Penampakan Batu Besar yang Pecahkan Bus Persik Saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan [Instagram @goaltime_info]
Penampakan Batu Besar yang Pecahkan Bus Persik Saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan [Instagram @goaltime_info]

Komdis PSSI diprediksi akan turun tangan menyikapi kejadian ini. Potensi sanksi seperti denda besar serta larangan bermain di Stadion Kanjuruhan dengan penonton sangat terbuka.

Mengingat status Arema FC yang masih berada dalam sorotan pasca tragedi, tentu federasi tidak akan tinggal diam jika keamanan dan ketertiban kembali terancam oleh ulah oknum suporter.

Sanksi Pidana untuk Pelaku

Diduga oknum suporter Aremania melempari bus yang mengangkut pemain Persik saat hendak meninggalkan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Minggu (11/5/2025). [Suara.com/istimewa]
Diduga oknum suporter Aremania melempari bus yang mengangkut pemain Persik saat hendak meninggalkan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Minggu (11/5/2025). [Suara.com/istimewa]

Tak hanya itu, sanksi pidana juga bisa dijatuhkan jika pihak kepolisian memproses insiden ini secara hukum.

Kasus serupa pernah terjadi pada 2014, ketika bus yang mengangkut pemain Martapura FC menjadi korban kerusuhan setelah laga kontra Persis Solo.

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Surakarta No. 69/Pid.B/2015/PN Skt., oknum suporter yang melempar batu dan menyebabkan kerusakan pada bus dijatuhi hukuman pidana penjara selama 3 bulan.

Dalam konteks hukum, perbuatan melempar batu ke bus hingga merusak kaca dapat dikategorikan sebagai tindakan pidana berdasarkan Pasal 406 ayat (1) KUHP tentang perusakan barang milik orang lain.

Artinya, para pelaku tidak hanya melanggar etika dan norma sportivitas, tetapi juga hukum negara.

Saatnya Evaluasi

Apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan seharusnya menjadi alarm keras bagi semua pihak.

Klub, pengelola stadion, aparat keamanan, dan yang paling utama, komunitas suporter, perlu melakukan evaluasi besar-besaran.

Sepak bola seharusnya menjadi sarana pemersatu, bukan ajang pelampiasan emosi yang berujung pada kekerasan.

Tragedi Kanjuruhan telah mengajarkan kita betapa mahalnya harga dari kelalaian dan emosi yang tidak terkendali.

Kini, saat kepercayaan publik terhadap sepak bola Indonesia mulai tumbuh kembali, tindakan semacam ini hanya akan menghambat kemajuan yang sudah mulai dirintis.

Arema FC sebagai institusi sepak bola profesional punya tanggung jawab moral dan hukum untuk mengedukasi serta mengontrol perilaku pendukungnya.

Jika tidak segera ditindak tegas, bukan tidak mungkin sanksi yang lebih berat akan dijatuhkan, termasuk pengurangan poin atau bahkan pengusiran dari kompetisi.

Mari jadikan sepak bola sebagai ajang hiburan, bukan medan konflik.

Dan mari semua pihak menunjukkan bahwa kita telah belajar dari masa lalu. Sebab tanpa kedewasaan dan rasa hormat terhadap sesama, sepak bola Indonesia akan terus terjebak dalam siklus kekerasan yang sama.

Kontributor: Eko

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI