Peringkat Buruk Liga 1

Sementara itu, Indonesia termasuk sebagai negara dengan kualitas kompetisi yang buruk di level Asia. Pasalnya, saat ini kompetisi Liga Indonesia hanya bisa menduduki peringkat ke-25 saja dengan koleksi 18.653 poin.
Posisi itu berkaitan dengan penempatan peringkat kompetisi Indonesia di seluruh negara Asia. Namun, jika kategorinya di level Regional Timur, peringkat Liga Indonesia berada di posisi ke-11 klasemen.
Jika situasi semacam ini bertahan, Indonesia hanya bisa mengirimkan satu perwakilan saja di AFC Champions League Two (ACL2) dan satu negara di AFC Challenge League (ACGL) pada musim 2025/2026.
Itulah gambaran bagaimana posisi kompetisi Liga 1 Indonesia masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan liga-liga top Asia lainnya, termasuk Saudi Pro League yang kini menjadi salah satu kompetisi paling bergengsi di kawasan Asia, bahkan mulai mendapat perhatian global.
Wacana penambahan kuota pemain asing hingga sebelas pemain dalam satu tim di BRI Liga 1 tentu menjadi sorotan tajam.
Banyak pihak mulai membandingkan secara langsung dengan strategi Saudi Pro League, yang sukses mendatangkan bintang-bintang dunia seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, hingga Neymar.
Namun yang kerap luput dari perhatian adalah bahwa keberhasilan Saudi Pro League bukan hanya soal jumlah pemain asing semata, tetapi juga soal peningkatan infrastruktur, manajemen klub yang profesional, serta visi jangka panjang untuk memajukan ekosistem sepak bola nasional mereka.
Sementara itu, Liga 1 Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam hal kualitas kompetisi, konsistensi jadwal, fasilitas stadion, serta sistem pembinaan usia dini.
Baca Juga: Hasil BRI Liga 1: Semen Padang Imbang, Dua Degradasi Ditentukan di Pekan Terakhir!
Bahkan dengan jumlah pemain asing yang lebih banyak pun, belum tentu kualitas liga secara keseluruhan akan meningkat jika tidak diiringi dengan pembenahan menyeluruh di sektor lainnya.