Suara.com - Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, menegaskan bahwa fokus utama saat ini adalah meraih kemenangan atas China. Soal filosofi sepak bola, terkhusus total football adalah nomor sekian.
Hal itu disampaikan legenda Barcelona dan Ajax Amsterdam itu jelang duel Timnas Indonesia vs China yang akan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 5 Juni mendatang.
Timnas Indonesia akan menjamu China dalam laga kesembilan Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Kemenangan menjadi harga mati untuk menjaga peluang Garuda tampil di pentas dunia. Apalagi, lawan yang dihadapi bukan tim sembarangan.
China, di bawah asuhan pelatih berpengalaman Branko Ivankovic, dikenal sebagai tim tangguh yang memiliki rekor pertemuan sangat menguntungkan dalam sejarah duel kontra Indonesia.
Dari 18 pertemuan yang sudah terjadi di berbagai ajang, Skuad Garuda hanya mampu meraih tiga kemenangan dan tiga hasil imbang, sementara sisanya—sebanyak 12 laga—berakhir dengan kekalahan.

Meski begitu, Kluivert meminta anak asuhnya untuk tidak gentar dan tetap percaya diri menghadapi tekanan sejarah tersebut.
“Sejarah penting, tapi tidak menentukan masa depan. Kami harus menciptakan narasi baru,” kata Kluivert dalam sesi latihan di Sanur, Bali, Minggu (1/6/2025).
Pertemuan pertama melawan China di Qingdao pada Oktober 2024 lalu menjadi pelajaran penting. Saat itu Timnas Indonesia tampil dominan dengan 70 persen penguasaan bola.
Baca Juga: Fans Timnas Indonesia Diminta Jangan Galak-galak ke Penggemar China, PSSI Singgung Sanksi FIFA
Namun, keunggulan tersebut tak berbuah hasil maksimal karena kelemahan dalam penyelesaian akhir dan lini belakang yang rapuh.
China yang tampil lebih efisien mampu memanfaatkan serangan balik secara efektif.
Zhang Yuning dan kolega sukses membungkam Skuad Garuda dengan skor 2-1 dalam laga yang cukup mengejutkan.
Padahal saat itu Indonesia tampil percaya diri dan menciptakan banyak peluang emas. Satu-satunya gol balasan datang dari gelandang naturalisasi Thom Haye.
Kekalahan itu semakin menambah catatan buruk Timnas Indonesia atas China yang sudah berlangsung selama hampir empat dekade.
Terakhir kali Merah Putih mampu mengalahkan tim Negeri Tirai Bambu adalah pada 20 Februari 1987 di ajang King's Cup di Thailand. Kala itu, Indonesia menang meyakinkan 3-1.
Patrick Kluivert kini menyadari pentingnya pendekatan yang lebih pragmatis.
Ia memilih untuk sementara waktu mengesampingkan ambisinya menerapkan filosofi total football demi hasil yang konkret.
“Kami harus hasilkan sesuatu yang positif dulu, baru bicara soal gaya main,” ujarnya. Ia mengakui bahwa meskipun filosofi bermain indah menjadi tujuan jangka panjang, saat ini Timnas Indonesia butuh kemenangan untuk menjaga asa.
Kluivert menegaskan bahwa hasil akhir lebih penting dari estetika permainan. “Tentu kalau bisa memainkan gaya kami, itu bonus untuk suporter,” katanya.
Namun ia kembali menekankan bahwa target utamanya adalah mengamankan tiga poin di kandang.
Terlebih, atmosfer dukungan penuh dipastikan akan mewarnai SUGBK karena seluruh tiket pertandingan sudah terjual habis.
Antusiasme publik menjadi bahan bakar semangat tambahan bagi Thom Haye dkk.
Laga ini pun menjadi ujian nyata bagi generasi baru Skuad Garuda yang tengah berkembang pesat.
Meski banyak pihak menilai bahwa komposisi pemain saat ini jauh lebih kompetitif dibanding generasi sebelumnya, tantangan dari China tetap harus dihadapi dengan kedisiplinan dan determinasi tinggi.
“Yang pertama adalah hasil, dan gaya permainan jadi yang kedua,” tegas Kluivert.
Kontributor : Imadudin Robani Adam