Suara.com - Eks pelatih Australia, Graham Arnold dikabarkan terjebak di perang Iran vs Israel yang semakin memanas.
Graham Arnold yang jadi korban tangan Shin Tae-yong saat jadi pelatih Timnas Indonesia berada di Irak dan tidak bisa pulang ke Australia.
Sejumlah maskapai penerbangan internasional dikabarkan telah menghindari rute penerbangan di sekitar Irak, Iran dan Yordania.
Emirates dan Qatar Airways juga telah membatalkan penerbangan ke Irak.

Rekan dari Graham Arnold mengatakan bahwa pelatih Irak itu dalam kondisi aman namun gelisah, panik dan tak nyaman.
Graham Arnold menurut rekannya tersebut panik karena kedutaan besar AS yang berlokasi satu kilometer dari tempatnya tinggal sudah ditutup oleh Presiden Donald Trump.
"Arnie (Graham Arnold) terjebak di Baghdad, bandara ditutup dan ia terdengar panik," ucap salah satu kawan Graham Arnold seperti dikutip Suara.com dari The Courier Mail, Senin (16/6).
"Graham tidak banyak bicara, tetapi satu-satunya kekhawatirannya ialah apakah konflik ini bisa meningkat hingga melibatkan Irak," sambung rekan Graham Arnold tersebut.
"Arnie saat ini aman namun ia gelisah dan tampak tak nyaman,"
Baca Juga: Tak Hanya Shin Tae-yong, Federasi China Juga Incar Pelatih Eks Man United
Setelah mengundurkan diri sebagai pelatih Australia menyusul hasil imbang 1-1 melawan Timnas Indonesia beberapa waktu lalu, Graham Arnold menerima pekerjaan sebagai pelatih Irak pada Mei lalu.
Kondisi Timur Tengah Memanas
Sementara itu, dua negara Timur Tengah, Arab Saudi dan Qatar ditunjuk oleh Konfederasi Sepak Bola Asia, AFC menjadi tuan rumah ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.
"AFC mengonfirmasi bahwa Asosiasi Sepak Bola Qatar dan Federasi Sepak Bola Arab Saudi menjadi tuan rumah AFC Asian Qualifiers - Road to 26 Playoffs," tulis AFC dalam keterangannya seperti dikutip Suara.com
"Enam tim, tim peringkat ketiga dan keempat dari AFC Asian Qualifiers™ – Road to 26 (ronde ketiga) yaitu Timnas Indonesia, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, akan dibagi menjadi dua grup yang masing-masing terdiri dari tiga tim untuk bertarung dalam format terpusat mulai 8 hingga 14 Oktober 2025."
Keputusan AFC ini timbulkan pro kontra. AFC dituding menguntungkan dua negara tuan rumah untuk bisa mendapatkan tiket ke Piala Dunia 2026.