Tristan Gooijer memiliki kemampuan bertahan dan menyerang yang seimbang, serta visi bermain yang terbentuk dari filosofi sepak bola Total Football.
Di usianya yang masih muda, ia bisa menjadi solusi jangka panjang untuk pos bek kanan Timnas Indonesia, bersaing dengan Sandy Walsh dan Asnawi Mangkualam.
4. Laurin Ulrich (FC Magdeburg)

Kreativitas di lini tengah adalah kunci untuk membongkar pertahanan lawan.
Laurin Ulrich, gelandang serang jebolan akademi VfB Stuttgart yang kini menimba ilmu di Liga 2 Jerman bersama FC Magdeburg, menawarkan kualitas tersebut.
Ulrich bisa menjadi opsi baru sebagai gelandang serang atau box-to-box, memberikan dimensi berbeda dalam skema serangan Timnas Indonesia.
Darah Indonesia mengalir dalam dirinya dari sang kakek yang lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada tahun 1941.
5. Liam Oetoehganal (Excelsior U-21)

Lahir di Nijmegen, Belanda, Liam Otmar Irvan Oetoehganal memiliki ikatan darah yang kuat dengan Indonesia melalui nenek dari pihak ayahnya yang berasal dari Sungkal, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Baca Juga: Ranking FIFA: Intip Sepak Bola Tiga Negara Afrika yang Berada di Atas Indonesia
Fondasi sepak bolanya ditempa di salah satu akademi terbaik Belanda, Feyenoord, sejak usia tujuh tahun.
Lompatan karier paling signifikannya terjadi saat ia menyeberang ke Belgia pada musim 2022/2023.
Bergabung dengan Beerschot U-23, Liam menjadi bagian dari skuad yang sukses menjuarai kompetisi kasta kedua Liga Belgia, sebuah prestasi yang menunjukkan mental juara di usia muda.
Musim lalu, ia kembali ke Belanda dan menjadi figur sentral di lini tengah Excelsior U-21. Dengan catatan 21 penampilan, ia menjadi motor serangan yang tak tergantikan.
Kehadiran sosok seperti Liam Oetoehganal dianggap bisa menjadi solusi strategis untuk salah satu pos krusial di lini tengah Timnas Indonesia.
Saat ini, peran sebagai metronom atau deep-lying playmaker dipegang oleh Thom Haye.