Suara.com - Penyerang timnas Indonesia U-23, Jens Raven, resmi mengumumkan perpisahan dengan FC Dordrecht U-21 di Liga Belanda. Ia berterima kasih atas segala ilmu yang didapat di klub tersebut.
Pelajaran serta pengalaman di FC Dordrecht dianggapnya sudah cukup untuk melangkah ke jalan baru.
“Terima kasih kepada @fcdordrechtnl atas 2 tahun terakhir ini," tulis Raven dalam aku Instagram pribadinya, @jensraven9, pada Sabtu.
"Saya berkembang dan belajar banyak, sangat bersyukur atas 2 tahun yang luar biasa ini. Sekarang saatnya melangkah ke tahap selanjutnya!”.
Pengumuman ini juga memicu spekulasi tentang langkah selanjutnya pemain berusia 19 tahun itu, termasuk potensi bergabung dengan Bali United.
Pemain kelahiran Dordrecht, Belanda pada 12 Oktober 2005 itu adalah pemain keturunan Indonesia yang memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada 27 Juni 2024.
Selama membela FC Dordrecht U-21, dia tampil dalam 20 pertandingan untuk mempersembahkan enam gol pada musim 2023/2024.
Tapi semusim kemudian Raven tidak tampil dalam satu pun pertandingan karena fokus bersama Timnas Indonesia U-19 dan U-23, termasuk dalam Piala AFF U-19 2024 ketika dia mencetak empat gol dan persiapan untuk Piala AFF U-23 2025.

Di antara banyak kemungkinan, nama Bali United mencuat sebagai calon terdepan yang akan menjadi pelabuhan barunya. Bahkan rumor ini sudag kencang sebelum sang pemain resmi pamit dari FC Dordrecht.
Baca Juga: Rekor! 17 Klub Incar Jay Idzes
Gabung ke Bali United bisa jadi langkah strategis untuk Jens Raven, tapi tentu ada potensi kerugian atau risiko yang patut dipertimbangkan, terutama jika dilihat dari aspek perkembangan jangka panjang sebagai pemain muda diaspora.
Berikut beberapa kemungkinan kerugian Jens Raven gabung Bali United:
1. Menurunnya Level Kompetisi
Liga 1 Indonesia masih berada di bawah liga-liga Eropa, baik dari segi intensitas, taktik, maupun kualitas lawan.
Bagi pemain muda seperti Jens Raven, ini bisa menghambat perkembangan teknis dan mental yang biasanya terbentuk lebih baik lewat persaingan ketat di Eropa.
2. Minim Eksposur Internasional
Bermain di Indonesia berarti ia akan jauh dari radar klub-klub Eropa.
Padahal, jika tetap berada di Belanda (meski di tim lapis kedua), ia masih bisa dipantau oleh klub kasta atas atau liga-liga di negara tetangga seperti Belgia atau Jerman.
3. Peluang Karier Eropa Bisa Tertutup
Sekali pindah ke Asia, terutama ke Super League, akan sulit kembali ke Eropa dalam waktu dekat, kecuali tampil sangat luar biasa.
Banyak pemain diaspora yang begitu pindah ke Indonesia, akhirnya 'terjebak' di sini karena kalah bersaing saat mencoba kembali ke klub-klub Eropa.
4. Tekanan Suporter Lokal
Di Indonesia, pemain naturalisasi sering jadi sorotan tinggi. Ekspektasi terhadap Raven bakal besar, apalagi dia datang dari Eropa dan baru dinaturalisasi.
Jika performanya tak langsung cemerlang, ia bisa jadi sasaran kritik atau tekanan mental. Beban itu akan terus terbawa ketika dirinya dipanggil ke Timnas Indonesia U-23.