Suara.com - Hasil undian babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia telah menempatkan Timnas Indonesia di jalur yang terjal.
Tergabung di Grup B, skuad Garuda akan kembali berhadapan dengan dua raksasa sepak bola Asia yang memiliki karakteristik sangat berbeda namun sama-sama mematikan, Irak dan Arab Saudi.
Bagi anak asuh Patrick Kluivert, ini adalah ujian sesungguhnya. Irak yang secara tradisional mengandalkan fisik kini ditanamkan mentalitas 'Socceroos' yang tak kenal lelah, sementara Arab Saudi menjadi unit pragmatis yang sangat sulit dikalahkan.
Menganalisis kekuatan dan kelemahan kedua tim ini adalah langkah krusial untuk mengetahui seberapa besar peluang yang dimiliki pasukan Merah Putih.

Irak: Mentalitas 'Aussie Grit' di Bawah Komando Graham Arnold
Timnas Irak kini berada di bawah era baru yang sangat menarik.
Penunjukan Graham Arnold, pelatih yang sukses besar membawa Australia tampil impresif di Piala Dunia 2022, akan mengubah DNA tim ini secara drastis.
Ia akan menyuntikkan mentalitas, disiplin, dan intensitas khas Australia ke dalam skuad yang sudah kuat secara fisik.
Gaya Main dan Taktik Pelatih
Baca Juga: Patrick Kluivert Santai di Grup Neraka Ronde 4: Udah Kenal
Graham Arnold adalah penganut sepak bola yang mengandalkan intensitas tinggi, pressing agresif, dan kekuatan kolektif.
Seperti yang sering diulas oleh media Australia dan internasional saat ia menukangi Socceroos, filosofi Arnold berpusat pada pembentukan unit yang solid dan sulit ditembus secara mental.
Formasi dasarnya seringkali 4-3-3 atau 4-2-3-1, namun yang terpenting adalah prinsip permainannya, menekan lawan sejak di area mereka, memenangkan duel kedua, dan bermain secara vertikal saat menyerang.
Kekuatan Utama:
Intensitas dan Mentalitas Baja: Ini adalah ciri khas tim asuhan Arnold. Para pemain akan dituntut untuk berlari tanpa lelah selama 90 menit.
Mereka tidak akan memberikan ruang dan waktu bagi lawan untuk berpikir, sebuah tantangan besar bagi lini tengah Indonesia.
Pressing Terorganisir: Timnas Indonesia akan kesulitan membangun serangan dari bawah. Arnold akan menginstruksikan para penyerangnya untuk menekan bek dan kiper, memaksa mereka melakukan kesalahan atau membuang bola.
Memaksimalkan Keunggulan Fisik: Filosofi Arnold akan sangat cocok dengan skuad Irak yang sudah unggul secara fisik.
Ancaman dari striker Aymen Hussein dan kekuatan dalam duel udara akan semakin dimaksimalkan dalam skema permainan yang direct dan mengandalkan bola mati.
Kelemahan yang Bisa Dieksploitasi:
Kurangnya Kreativitas Halus: Tim arahan Arnold cenderung lebih fungsional daripada artistik.
Mereka kadang kesulitan membongkar pertahanan yang sangat rapat dan terorganisir (low block) karena kurangnya pemain dengan visi tak terduga.
Ruang di Belakang Garis Pertahanan: Gaya pressing tinggi yang mereka terapkan akan meninggalkan ruang kosong di belakang para bek.
Jika Timnas Indonesia mampu melewati gelombang pressing pertama, serangan balik cepat melalui pemain seperti Rafael Struick bisa menjadi senjata yang sangat mematikan.
Arab Saudi: Pragmatisme Mematikan ala Hervé Renard
Arab Saudi adalah kekuatan yang sangat berbeda.
Mereka tidak lagi hanya tim dengan skill individu menawan, tetapi telah menjadi unit yang sangat efektif dan cerdas secara taktis di bawah komando pelatih asal Prancis, Hervé Renard.
Renard adalah pelatih yang terkenal mampu menciptakan kejutan, seperti saat membawa Arab Saudi mengalahkan Argentina di Piala Dunia 2022.
![Senyum Ngenyek Pelatih Arab Saudi Pasca Timnas Indonesia Disikat Australia [Twitter Herve Renard]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/22/54711-herve-renard.jpg)
Gaya Main dan Taktik Pelatih:
Hervé Renard adalah seorang master pragmatisme. Ia sangat fleksibel dalam memilih formasi, seringkali berganti antara 4-2-3-1, 4-4-2, atau 4-3-3 tergantung lawan yang dihadapi.
Analisis dari media internasional seperti L'Équipe menyoroti ciri khas taktik Renard, organisasi pertahanan yang rapat, pressing intens di momen yang tepat, dan serangan balik yang sangat cepat dan terstruktur.
Kekuatan Utama:
Kemampuan Adaptasi Taktis: Ini adalah kekuatan terbesar Arab Saudi di bawah Renard.
Mereka bisa bermain dengan garis pertahanan tinggi untuk menekan lawan, atau sebaliknya, duduk bertahan sangat dalam untuk memancing lawan keluar lalu menghukumnya.
Kualitas Individu Bintang Lima: Mereka memiliki pemain yang bisa menjadi pembeda kapan saja.
Salem Al-Dawsari adalah "penyihir" di sisi sayap yang diberikan kebebasan untuk berkreasi, sementara Firas al-Buraikan adalah finisher yang klinis di depan.
Transisi Cepat dan Mematikan: Saat berhasil merebut bola, mereka tidak butuh waktu lama untuk mengancam gawang lawan.
Kelemahan yang Bisa Dieksploitasi:
Inkonsistensi Performa: Meskipun mampu menciptakan kejutan besar, Arab Saudi di bawah Renard terkadang tampil di bawah standar saat menghadapi tim yang "levelnya" dianggap di bawah mereka.
Ketergantungan pada Momen Individu: Ketika serangan balik cepat mereka berhasil diredam, mereka terkadang terlalu bergantung pada sihir individu Salem Al-Dawsari.
Jika ia berhasil dimatikan, kreativitas mereka bisa menurun drastis.
Bagi Timnas Indonesia, menghadapi dua tim ini menuntut pendekatan yang berbeda.
Melawan Irak, kunci utamanya adalah ketenangan dalam menguasai bola untuk menghindari pressing panik dan memanfaatkan kecepatan untuk serangan balik.
Sementara melawan Arab Saudi, dibutuhkan kecerdasan taktis untuk tidak terjebak dalam perangkap mereka dan efektivitas maksimal dalam memanfaatkan setiap peluang.