-
Malaysia dihukum kalah 0-3 dalam tiga laga internasional akibat penggunaan pemain ilegal.
-
FAM wajib membayar denda tambahan senilai Rp209 juta berdasarkan aturan FIFA terbaru.
-
Tujuh pemain naturalisasi dilarang bermain selama satu tahun karena melanggar syarat keturunan.
Suara.com - Kabar buruk kembali menghantam dunia sepak bola Malaysia setelah otoritas tertinggi FIFA menjatuhkan hukuman tambahan.
Federasi Sepak Bola Malaysia atau FAM baru saja menerima surat resmi terkait keputusan Komite Disiplin FIFA.
Pertemuan krusial yang berlangsung pada Jumat lalu tersebut mengungkap adanya pelanggaran serius dalam skuad nasional.
Otoritas sepak bola dunia tersebut menyoroti penggunaan tujuh pemain naturalisasi yang statusnya dianggap tidak sah.
Sanksi ini menjadi pukulan telak kedua bagi FAM setelah sebelumnya sempat mendapatkan teguran serupa.
Pelanggaran Kode Disiplin FIFA 2025
Berdasarkan hasil investigasi, FAM terbukti melanggar Pasal 19 Kode Disiplin FIFA edisi terbaru tahun 2025.
Pelanggaran ini berfokus pada pengerahan penggawa yang tidak memenuhi kriteria kelayakan untuk membela sebuah negara.
Akibat dari kelalaian administratif tersebut, FIFA mewajibkan FAM membayar denda tambahan sebesar 10 ribu franc Swiss.
Baca Juga: Vietnam Dapat Dukungan Spesial untuk Raih Emas SEA Games 2025, Presiden FIFA Kirim Doa Khusus
Jika dikonversi ke dalam mata uang Indonesia, nilai denda tersebut mencapai angka sekitar Rp209 juta.
Keputusan ini menambah beban finansial federasi yang sebelumnya sudah terkena sanksi administratif dalam jumlah besar.
Pernyataan Resmi Komite Disiplin
FIFA memberikan ketegasan bahwa setiap pelanggaran status pemain akan berdampak langsung pada hasil pertandingan tim.
"Dalam hal ini, Komite Disiplin FIFA telah memutuskan bahwa Malaysia dinyatakan kalah 3-0 dalam ketiga pertandingan. Selain itu, FAM juga didenda CHF 10.000," tulis pernyataan FIFA dikutip dari Berita Harian.
Hukuman kalah telak tersebut secara otomatis membatalkan seluruh catatan kemenangan yang sebelumnya telah diraih di lapangan.
Poin-poin yang dikumpulkan oleh skuad Harimau Malaya dalam tiga laga tertentu kini dinyatakan hangus sepenuhnya.
FAM kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa posisi mereka di ranking dunia berpotensi mengalami penurunan drastis.
Tiga Laga Yang Dinyatakan Kalah
Adapun pertandingan yang menjadi objek hukuman meliputi laga uji coba internasional melawan tim nasional Tanjung Verde.
Pertandingan tersebut sebelumnya berlangsung pada tanggal 29 Mei 2025 dengan hasil kemenangan bagi kubu Malaysia.
Laga kedua yang dianulir adalah duel panas bertajuk derbi melayu melawan Singapura pada 4 September 2025.
Terakhir adalah pertandingan melawan Palestina yang diselenggarakan pada tanggal 8 September 2025 silam oleh FAM.
Ketiga partai tersebut kini resmi tercatat sebagai kekalahan 0-3 bagi Malaysia dalam statistik resmi organisasi FIFA.
Riwayat Sanksi Dan Denda Miliaran
Sebelum hukuman terbaru ini muncul, Komite Disiplin FIFA sebenarnya sudah memberikan sanksi pada September 2025.
Kala itu, Malaysia diwajibkan membayar denda fantastis sebesar 350 ribu franc Swiss atau sekitar Rp7,3 miliar.
Besaran denda tersebut diberikan karena federasi dianggap lalai dalam memverifikasi dokumen kewarganegaraan para pemain naturalisasi.
Tujuh pemain yang bersangkutan terbukti tidak memiliki kakek atau nenek yang lahir di wilayah Malaysia.
Syarat garis keturunan ini merupakan poin krusial dalam aturan kelayakan pemain yang ditetapkan secara ketat.
Hukuman Individu Bagi Pemain Terkait
Selain federasi, ketujuh pemain naturalisasi yang bermasalah tersebut juga tidak luput dari jerat hukuman FIFA.
Masing-masing dari mereka dijatuhi skorsing atau larangan bertanding selama 12 bulan dari seluruh aktivitas sepak bola.
Tidak hanya larangan bermain, para pemain tersebut juga diwajibkan membayar denda pribadi kepada otoritas FIFA.
Setiap pemain harus menyetor uang sebesar 2.000 franc Swiss atau setara dengan nilai Rp41 juta rupiah.
Situasi ini memaksa Malaysia untuk segera melakukan perombakan besar-besaran dalam susunan pemain nasional mereka ke depan.