-
I.League mengutuk rasisme digital terhadap Yance Sayuri setelah laga melawan Persib Bandung berakhir.
-
Regulasi anti-diskriminasi akan diperkuat oleh I.League guna mencegah tindakan rasisme di masa depan.
-
Ferry Paulus mengajak seluruh elemen sepak bola menjaga persatuan dan melawan segala bentuk diskriminasi.
Suara.com - Perhelatan akbar kompetisi sepak bola tanah air antara Malut United FC menghadapi Persib Bandung pada hari Minggu lalu menyisakan sebuah kabar duka yang sangat mendalam bagi industri olahraga.
Meskipun pertandingan yang berlangsung pada tanggal 14 Desember 2025 tersebut berjalan dengan sangat kompetitif, atmosfer pasca laga justru dinodai oleh perilaku oknum yang tidak bertanggung jawab.
Yance Sayuri yang merupakan salah satu pemain kunci dari skuat Malut United secara mengejutkan menjadi sasaran serangan rasisme oleh sejumlah akun di berbagai platform media sosial.
Munculnya tindakan diskriminatif yang sangat memilukan tersebut diduga kuat berawal dari sebuah benturan atau insiden di lapangan hijau yang melibatkan dirinya dengan penggawa Persib, Marc Klok.
Kabar mengenai perundungan berbasis rasial ini segera viral di jagat maya dan memicu gelombang kemarahan dari para pencinta sepak bola nasional yang menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Merespons situasi yang semakin tidak kondusif tersebut, I.League selaku operator resmi kompetisi kasta tertinggi di Indonesia langsung mengambil sikap yang sangat tegas dan tidak berkompromi.
Pihak I.League menyatakan bahwa mereka memberikan perhatian khusus terhadap segala bentuk pelecehan yang merusak citra sepak bola Indonesia, terutama yang menargetkan identitas fisik pemain.
Manajemen liga menilai bahwa serangan rasisme bukan hanya sekadar ejekan biasa, melainkan sebuah pelanggaran serius terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang harus dilindungi secara kolektif.
Walaupun tindakan tercela tersebut mayoritas terjadi di ruang digital, I.League beranggapan bahwa dampaknya tetap nyata bagi kesehatan mental pemain dan integritas sebuah pertandingan olahraga.
Baca Juga: Banderol Harga Pasar Joey Pelupessy dan Maarten Paes, 2 Bintang Timnas Indonesia Diincar Persib
Kejadian yang menimpa Yance Sayuri ini pun menjadi peringatan keras bagi seluruh ekosistem sepak bola bahwa rasisme masih menjadi ancaman laten yang harus diperangi bersama-sama.
Direktur Utama I.League, Ferry Paulus, secara langsung memberikan pernyataan tertulis untuk mengecam tindakan yang dilakukan oleh oknum suporter di media sosial tersebut tanpa ada pengecualian.
Beliau menegaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya tidak akan memberikan ruang sedikit pun bagi siapa saja yang mencoba menyebarkan kebencian berdasarkan latar belakang suku, agama, maupun ras.
"Kami mengecam keras tindakan rasisme. Apa pun dan dimanapun, tidak ada tempat untuk rasisme," kata Ferry Paulus, Dirut I.League.
Pernyataan tersebut mencerminkan posisi organisasi yang ingin memastikan bahwa setiap individu yang berkarir di sepak bola Indonesia merasa aman dari segala bentuk perundungan digital.
"Termasuk di ruang digital yang selama ini mendapat perhatian penuh dari semua pihak," jelasnya.
Ferry Paulus juga mengungkapkan bahwa I.League terus menjalin komunikasi yang sangat intensif dengan induk organisasi sepak bola nasional, PSSI, guna mengatasi persoalan rasisme ini.
Langkah kolaboratif ini bertujuan untuk menciptakan sebuah protokol yang lebih efektif dalam menangani kasus-kasus diskriminasi yang sering kali muncul setelah pertandingan-pertandingan dengan tensi yang tinggi.
Pemerintah dan federasi sepak bola diharapkan dapat memberikan dukungan penuh dalam mengidentifikasi pelaku-pelaku rasisme di media sosial agar dapat diproses sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Partisipasi aktif dari semua elemen sepak bola sangat dibutuhkan agar kampanye anti-rasisme ini tidak hanya menjadi slogan belaka di pinggir lapangan, melainkan sebuah kesadaran kolektif.
Ferry Paulus menekankan bahwa keberhasilan dalam memberantas rasisme sangat bergantung pada kemauan baik dari klub, pemain, hingga para pendukung yang berada di tribun maupun di dunia maya.
“Oleh karena itu, kami berharap semua pihak menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang sama,” tambahnya saat menjelaskan pentingnya peran serta komunitas dalam menjaga marwah olahraga.
Saat ini, manajemen I.League juga dikabarkan tengah melakukan tinjauan mendalam terkait penguatan regulasi anti-diskriminasi di dalam buku peraturan resmi kompetisi yang mereka kelola secara mandiri.
Penguatan aturan ini nantinya akan mencakup sanksi yang lebih berat bagi individu maupun kelompok yang terbukti melakukan aksi rasisme, baik secara langsung di stadion maupun melalui perangkat digital.
Langkah ini diambil sebagai bentuk proteksi jangka panjang agar para atlet dapat fokus pada performa mereka tanpa harus merasa terancam oleh komentar-komentar negatif yang bersifat diskriminatif.
Selain dari sisi regulasi, I.League juga berencana untuk menyelenggarakan berbagai program kampanye edukasi yang melibatkan langsung pihak klub dan juga komunitas suporter di seluruh penjuru negeri.
Program edukasi ini dianggap sangat penting sebagai langkah preventif agar para penggemar sepak bola memahami batas-batas dalam memberikan kritik dan dukungan tanpa menyentuh ranah privasi atau ras.
I.League percaya bahwa pemahaman yang baik mengenai keberagaman akan menjadi pondasi yang sangat kuat bagi kemajuan industri sepak bola Indonesia di masa yang akan datang.
Masa depan kompetisi sepak bola tanah air sangat bergantung pada kemampuan seluruh stakeholder dalam menjaga kerukunan dan saling menghormati di tengah persaingan memperebutkan gelar juara.
Segala bentuk perbedaan pendapat di lapangan hijau seharusnya berakhir ketika peluit panjang dibunyikan oleh wasit, tanpa perlu berlanjut ke aksi perundungan yang menyasar identitas personal seorang pemain.
Ferry Paulus menutup keterangannya dengan memberikan pesan yang sangat mendalam mengenai hakikat dasar dari permainan sepak bola yang seharusnya menjadi sarana persatuan bagi bangsa.
"Sekali lagi, kami mengimbau. Tidak ada tempat bagi rasisme di sepak bola. Sepak bola harus kita jaga bersama. Sepak bola menyatukan kita semua," tutupnya dengan nada yang sangat tegas dan penuh harap.
Harapan besar kini tertumpu pada kesadaran para netizen dan pendukung setia klub-klub Indonesia untuk lebih bijak dalam bersosial media serta menjaga lisan dari kata-kata yang menyakitkan.
Keadilan bagi Yance Sayuri dan pencegahan terhadap kasus serupa di masa depan menjadi prioritas utama yang harus diselesaikan oleh I.League melalui koordinasi dengan berbagai instansi penegak hukum.
Sepak bola Indonesia harus tetap menjadi panggung bagi prestasi dan sportivitas, bukan tempat untuk menyemai kebencian yang dapat memecah belah persaudaraan antar anak bangsa yang mencintai olahraga ini.
Mari kita dukung langkah berani I.League dalam membersihkan dunia olahraga dari noda rasisme demi mewujudkan industri sepak bola nasional yang bermartabat, profesional, dan disegani di kancah internasional.