- Wolverhampton Wanderers mencatatkan rekor buruk di Desember 2025 tanpa kemenangan dalam 17 pekan Premier League.
- Kebobrokan manajemen terlihat dari penjualan pemain kunci seperti Cunha dan Aït-Nouri demi aturan PSR.
- Manajemen klub berganti kepemimpinan dan menghadapi protes suporter setelah rentetan kekalahan menyakitkan.
Lalu datanglah Rob Edwards pada 12 November 2025, yang direkrut dari Middlesbrough sebagai upaya putus asa terakhir.
Namun, hingga detik ini, Edwards belum mampu memberikan efek kejut.
Ia mewarisi skuat yang sudah kehilangan kepercayaan diri sepenuhnya.
Kekalahan demi kekalahan terus bertumpuk, termasuk penghinaan di kandang sendiri saat dihajar Manchester City 0-4 dan kekalahan memilukan dari tim-tim papan bawah seperti Burnley.
Kesenjangan kualitas ini terlihat nyata di atas lapangan. Wolves hanya mampu mencetak 9 gol dalam 17 laga, sementara gawang mereka sudah dibobol 37 kali.
Delapan pemain berbeda masing-masing hanya menyumbang satu gol di liga—sebuah bukti bahwa mereka tidak memiliki ujung tombak yang kompeten setelah Cunha pergi.
Kemarahan suporter akhirnya meledak. Molineux, yang biasanya bergema dengan lagu Hi Ho Silver Lining, kini lebih sering dipenuhi dengan yel-yel tuntutan agar Fosun segera menjual klub.
Protes besar-besaran terjadi saat kekalahan 0-2 dari Brentford, tepat setelah Jeff Shi mengundurkan diri dari kursi pimpinan dan digantikan oleh Nathan Shi sebagai ketua eksekutif interim.
Nathan Shi sempat mencoba meredam api amarah melalui surat terbuka kepada penggemar pada Desember 2025. Ia mengakui bahwa performa tim jauh dari harapan, mengecewakan, dan menyakitkan.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Tekuk Nottingham, Manchester City Geser Arsenal dari Puncak Klasemen
Ia meminta kesabaran, namun bagi warga Wolverhampton yang sudah melihat timnya tertinggal 16 poin dari zona aman, kata sabar terdengar seperti ejekan.
Era keemasan yang dibangun bersama Jorge Mendes, yang membawa nama-nama besar seperti Rúben Neves dan Diogo Jota ke Black Country, kini tinggal menjadi kenangan usang di museum klub.
Yang tersisa hanyalah bayang-bayang kejayaan dan ketakutan nyata akan degradasi ke kasta kedua, atau bahkan lebih buruk lagi, mengingat hancurnya fondasi tim utama.
Wolverhampton Wanderers tahun 2025 adalah sebuah peringatan keras bagi sepak bola modern, bahwa ambisi global dan strategi bisnis yang dingin bisa menghancurkan identitas klub tradisional dalam sekejap.
Jika keajaiban tidak terjadi di bursa transfer Januari nanti, Wolves bukan hanya akan terdegradasi, mereka akan dikenang sebagai tim terburuk yang pernah menginjakkan kaki di rumput Premier League.
Cahaya Old Gold itu kini benar-benar telah meredup, tertutup oleh kebobrokan manajemen yang nampaknya telah kehilangan arah di tengah badai finansial yang mereka buat sendiri.