Liputan Khusus: Duka Artis Lakoni Pekerjaan Masa Lalu

Yazir Farouk Suara.Com
Minggu, 04 November 2018 | 10:35 WIB
Liputan Khusus: Duka Artis Lakoni Pekerjaan Masa Lalu
Foto kolase Ruben Onsu, Opie Kumis, dan Dewi Perssik [Suara.com]

Suara.com - Meraih kesuksesan tak semudah membalikkan tangan. Mesti ada keringat, air mata, bahkan mungkin darah untuk mencapai itu.

Duka sebelum sukses juga dialami sejumlah artis Tanah Air. Mereka juga memiliki pekerjaan masa lalu sebelum menjadi bintang seperti sekarang ini.

Liputan khusus kanal Entertainment Suara.com edisi November ini memang membahas duka artis saat melakoni pekerjaan masa lalu sebelum menjadi seorang bintang.

Kami berhasil mewawancarai Ruben Onsu, Opie Kumis, dan Dewi Perssik. Ternyata pekerjaan mereka sebelum menjadi artis cukup bikin terkejut.

Ingin tahu cerita lengkapnya? Simak di halaman berikutnya: 

1. Ruben Onsu

Presenter sekaligus komedian Ruben Onsu boleh dibilang sebagai salah satu artis Indonesia yang kariernya paling moncer saat ini. Selain memandu banyak program acara televisi, dia juga punya kerajaan bisnisnya sendiri.

Sebelum meraih kesuksesan seperti sekarang, Ruben ternyata pernah bekerja sebagai tukang bersih lahan parkir di sebuah hotel ternama di Jakarta. Hal itu dialami Ruben di tahun 2000-an, tepatnya ketika serial TV Lenong Bocah vakum.

"Karena saya kan cuma punya ijazah SMIP, saya kan cuma sekolah perhotelan. Jadi ijazah yang saya gunain itu ya kerja di hotel," kata Ruben Onsu kepada Suara.com belum lama ini.

Baca Juga: Penjaga Keamanan Rumah Sakit Benarkan Pretty Asmara Meninggal

"Kalau lulusan SMA itu nggak bisa langsung jadi marketing, jadi ini itu nggak bisa langsung," ujarnya lagi.

Ruben Onsu bersama Sarwendah dan putrinya, Thalia. (Instagram)
Ruben Onsu bersama Sarwendah dan putrinya, Thalia. (Instagram)

Ruben saat itu mendapat upah Rp 250 ribu per bulan. Meski jauh dari kata cukup, dia merasa harus melakoni pekerjaan tersebut.

Setahun berselang, suami Sarwendah ini mulai bisa bernapas lega karena naik jabatan. Kali ini, Ruben mendapat tugas beres-beres kamar di hotel itu.

"Karena saya bagus terus naik jadi housekeeping. Saya sempat jadi housekeeping. Dari situ jadi waiter," ujarnya.

Meski naik jabatan, hal itu tak mengubah hidupnya jadi lebih enak. Lokasi rumah dan tempat dia bekerja cukup jauh sehingga memakan waktu lama di perjalanan.

"Kalau dipikir-pikir gila ya gue baru balik jam 10 malam loh. Gue jam setengah empat pagi berangkat lagi," ujarnya.

Yang penting punya penghasilan, itulah prinsip yang selalu dipegang Ruben. Karenanya, meskipun lelah, dia tetap menikmati.

"Saya apa saja dilakuin yang penting dapet duit saja," katanya.

Total, ayah satu anak itu tiga tahun bekerja di sana. Dia mengundurkan diri saat ada tawaran syuting program Oh Seram di ANTV.

Meski tak terlalu lama, tiga tahun jadi pelajaran berharga buat Ruben. Dia jadi tahu makna perjuangan dan kerja keras.

"Jadi kalau lu mau dapat uang, lu harus kerja intinya. Jadi bisa menghargai semua pekerjaan orang," katanya. [Sumarni]

2. Opie Kumis

Siapa tak kenal dengan komedian Opie Kumis yang identik dengan pantun Masak Aer di acara Pesbukers. Siapa sangka, sebelum terkenal membintangi film dan sinetron, lelaki 58 tahun itu dulunya hidup susah dan penuh perjuangan.

Masa-masa sulit Opie sebelum terjun ke panggung hiburan dialami pada 1990-an. Saat itu dia menjadi pemain teater lewat sebuah sanggar di kawasan Gelanggang Remaja Jakarta Timur.

"Saya nggak langsung terjun ke dunia hiburan, nggak ada duit waktu itu. Saya ambil main-main teater, dulu, belajar akting," kata Opie.

Opie lantas putar otak setelah menikah dan memiliki satu anak. Penghasilannya sebagai pemain teater waktu itu jauh dari kata cukup untuk menyambung hidup.

Opie Kumis (Sumarni/Suara.com)
Opie Kumis (Sumarni/Suara.com)

Maka, Opie memutuskan untuk bekerja secara serabutan. Apapun dilakoni, mulai dari kuli bangunan hingga berjualan sandal.

"Dulu itu sulit banget tahun 1990a-n. Jadi kuli bangunan dibayar Rp 12 ribu. Jual sendal, jual baju. Saya beli dari orang Rp 10 ribu, saya jual Rp 15 ribu," katanya.

Opie tak patah semangat. Dirinya pun masih mencoba bermain teater di sanggar betawi Firman Mutako.

"Di sanggar itu, sekali pentas dibayar Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu. Jadi kalau nggak latihan dan pentas ane ngobyek lagi, apapun yang bisa diobyekin. Yang penting dapur ngebul," katanya.

Himpitan ekonomi membuat Opie sempat frustasi. Dia jadi sering memarahi istri dan anaknya. Tapi masa-masa itu tak berlangsung lama.

Kesabaran Opie berbuah hasil. Penampilannya dalam seebuah pentas teater ditonton oleh sineas senior Deddy Mizwar. Dari situ, Opie diajak syuting sinetron Lorong Waktu.

"Sinetron pertama Lorong Waktu, itu pertama dikenal orang. Cuma saya lupa berapa dibayarnya," ujar Opie.

Lorong Waktu jadi batu loncatan buat Opie. Sebab dari sana, kariernya mulai moncer. Tawaran syuting datang bertubi-tubi, mulai dari sinetron, acara komedi, hingga film.

Kondisi keuangan Opie berubah drastis jadi lebih baik. Kendati begitu dia tak ingin jemawa.

"Umpamanya dulu makan di warteg, sekarang bisa di restoran. Tapi tetep ane di warteg. Lebih enak, masih tetep makan sayur asem, tempe, tahu," katanya melempar senyum. [Wahyu Tri Laksono]

3. Dewi Perssik

Penyanyi dangdut Dewi Perssik alias Depe pernah melakoni pekerjaan sebagai sales sepatu. Itu dialami ketika dia masih berada di kampung halamannya, Jember, Jawa Timur.

"Walau bapak saya itu seorang polisi, saya jualan sepatu. Jadi saya jual dengan menyebar katalog sepatu. Jadi setiap sepatu yang kejual saya dapat Rp 5 ribu," kata Depe.

Penghasiilan yang didapat ditabung Depe untuk ongkos dan biaya hidup di Jakarta. Ya, Depe memang ingin hijrah ke Ibu Kota berharap nasibnya bisa berubah.

"Jadi dari penghasilan itu saya tabung sampe Rp 750 ribu. Dari situ saya bisa ke Jakarta ikut paguyuban Saras," ujar dia.

Foto Dewi Perssik - Angga Wijaya rayakan hari jadi pernikahan. [Instagram]
Foto Dewi Perssik - Angga Wijaya rayakan hari jadi pernikahan. [Instagram]

Harapan Depe mulai terwujud ketika penampilannya di sebuah acara dilirik oleh seorang produser. Dia langsung mendapat kontrak rekaman.

Tapi ternyata itu belum juga mengubah keadaan. Depe dan teman-teman seperjuangan sampai harus mengamen di jalanan untuk menyambung hidup.

Saat itu, Depe tinggal di rumah kost berdinding triplek dengan harga sewa Rp 400 ribu per bulan.

"Saya pernah ngamen di jembatan kaki lima, itu warung sop kambing Adong karena ramai banget," ujarnya mengenang.

Perjuangan Depe selama satu tahun setengah itu sempat diangkat ke layar kaca dengan judul Depe Mimpi Manis.

"Jadi dari awal merintis saya nggak seperti ini. Kalau sekarang orang lihat Dewi Perssik pake mobil ini, rumah ini, bisa beliin temen-temen bareng branded. Dulu ibaratnya teman-teman saya tidur, saya melek," katanya. [Ismail]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI