Kebetulan Ernest juga baru bikin kelas gitu kemarin buat temen-temen komika. Karena Ernest tahu permintaan untuk nulis komedi banyak tapi pelaku sedikit. Akhirnya dia tergerak, supaya komika ini bisa menjadi penulis skenario.
Lu sibuk di film, stand upnya gimana?
Ya kalau sekarang di televisi udah jarang sih, kebanyakan off air. Secara waktu nggak menyita waktu, justru dengan adanya dunia baru film, comedy consulting dan lainnya itu pengembangan aja sih buat kita.
Stand up jadi jarang dong?
50:50, karena film nggak setiap hari juga kan. Dan masih bisa stand up dan penulisan.
Sebagai komika, lu nggak mau tur kayak Ernest Prakasa dan Pandji Pragiwaksono?
Kalau tur sudah kepikir, cuma kan harus disesuaiin sama momen juga. Pas apa nggak, terus masalah materi juga. Kalau spesial show kita nggak cuma 10 menit, durasinya bisa sampai satu jam. Jadi kita harus punya materi yang solid dan fresh. Yang sulit ini yang fresh. Butuh waktu yang intens dan fokus sih. Sekarang gua sih nabung materi dulu, yang gua kumpulin kalau udah siap bisa tampil spesial show. Tapi sekarang fokusnya di film. Karena kita di film bisa pemain, comedy consulting, penulis skenario. Banyak yah.
Berarti pendapatan di film lebih gede dong?
Ya secara frekuensi, stand up kan frekuensinya banyak jadi lebih banyak. Kalau film sekali-sekali tapi nilainya besar. Tapi film yang terasa penghasilannya besar di film. Karena film kerjaannya bercabang. Sekarang trennya bukan lagi komika lagi seperti yang gua bilang sebelumnya, banyak cabang di sini.