Syekh Ali Jaber kemudian menawarkan kepada jemaah untuk mau meminjamkan ponselnya. Tapi, jemaah malah kebanyakan fokus dengan mengambil foto dan video. Di saat menunggu jemaah memberikan ponsel, ada seorang lelaki yang lari ke arah Syekh Ali.
"Subhanallah, qadarullah, ada orang mendekat sambil lari. Pikiran saya dalam waktu sekian detik, saya pikir mau dikasih hp. Karena kan saya menunggu hp. Pinjam hp dari jemaah, karena mau foto," tutur Syekh Ali Jaber.
"Begitu datang, saya terkejut dengan dia lari. Dan titik yang sama, saya kan masih begini, masih ngobrol santai. Pas dia dekat saya, dia pun ketika melihat saya memandangi dia, dia kaget," sambung Syekh Ali Jaber.

Syekh Ali Jaber menduga sasaran si pelaku sebenarnya bukan bagian lengannya. Tapi leher. Namun karena Syekh Ali refleks dan memiringkan badannya ketika orang mendekat dan mau menusuknya, sehingga yang jadi sasaran pun bagian lengan atas mendekati bahu.
"Saya belum ngeh ada apa, nggak ngeh pisau. Saya merasa kalau posisi saya diam, kemungkinan habis. Ketika tertusuk, dia nampaknya masih pegang kuat (pisau). Saya kira dia mau cabut buat nusuk lagi. Tapi pisaunya patah. Karena saya berdiri, nggak diam. Saya berdiri, awalnya ingin melawan, karena sudah sadar (jadi korban penusukan). Tapi saya berdiri, otomatis patah. Saya kan lebih besar dibanding dia," lanjut Syekh Ali Jaber.
Meski telah terjadi penusukan, jemaah tidak langsung beraksi. Rupanya, kebanyakan jemaah tak sadar kalau Syekh Ali Jaber jadi korban penusukan. Baru setelah baju Syekh Ali bersimbah darah, jemaah pun menyadari.
"Karena jemaah juga kaget. Semua menunggu hp barang kali. Ketika saya berdiri semua jemaah tahan dia. Begitu saya lepas baju, saya buang pisau, baru sadar luka cukup dalam dirobek bajunya luar dan dalam. Saya sadari jemaah lagi memukul pelaku," tutur Syekh Ali Jaber.