Gaung Gamelan Menutup Festival Internasional Yogyakarta Gamelan Festival ke-29

Senin, 12 Agustus 2024 | 11:28 WIB
Gaung Gamelan Menutup Festival Internasional Yogyakarta Gamelan Festival ke-29
Salah satu acara YGF29. (Dok: Komunitas Gayam16)

Suara.com - Sebagai puncak rangkaian acara, sekaligus upacara penutupan Yogyakarta Gamelan Festival ke-29 (YGF29), hadir Gaung Gamelan di Stadion Kridosono, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pertunjukan gamelan yang dimainkan oleh ratusan pemain gamelan secara bersamaan yang tergabung dalam kelompok karawitan dari 14 Desa Budaya binaan Dinas Kebudayaan "Kundha Kabudayan" DIY dan kelompok gamelan komunitas antara lain Kyai Kanjeng, AKNSB (Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya), Gendhing Bahana UAD dan Karawitan Putri Bantul.

Pertunjukan ini memainkan empat gendhing klasik gaya Yogyakarta yang telah dibagikan sebulan sebelumnya, serta disebarkan melalui berbagai media dengan tujuan agar dapat dipelajari (dibaca) oleh masyarakat luas sebagai pengetahuan atau dapat dipakai untuk berpartisipasi di dalam program ini. Dua lancaran yang dimainkan diawal adalah Lancaran Desa Budaya dan Lancaran Kuwi Apa Kuwi.

Selain pertunjukan utama Gaung Gamelan, ada performance dari Saron Groove (Gayam16-Yogyakarta), Drummer Guyub Yogyakarta (Yogyakarta), Anteng Kitiran (Yogyakarta), Sanggar Sritanjung (Banyuwangi).

YGF merupakan festival yang mempertemukan pemain dan pencinta gamelan. Beberapa tahun yang lalu dunia dilanda pandemi, dan di masa-masa itu dunia seakan reset, kembali seperti semula, lalu setelah berhasil “bangkit’ dari masa pandemi yang merupakan masa kegelapan bagi seluruh dunia, tahun ini YGF mengusung tema “Piweling”

Ishari Sahida (Program Director), yang dikenal dengan nama Ari Wulu, menyatakan, YGF bukan sekadar perayaan musik, ini adalah perjalanan kembali ke akar.

"Melalui tema “Piweling” kami ingin terhubung kembali dengan asal usul alami kita, menumbuhkan rasa syukur, kebersamaan, dan pertumbuhan. Festival ini berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, melestarikan warisan kita sambil merangkul kemungkinan-kemungkinan baru," katanya.

YGF29 mengambil tema “Piweling” ini adalah kesadaran untuk selalu mengingat atau mengambil ilmu-ilmu yang sudah diajarkan, untuk mengembangkan kemungkinan baru dalam kebudayaan gamelan tanpa merusak ilmu serta aturan-aturan yang sudah ada.

Gaung Gamelan sebagai bentuk kontribusi merayakan gamelan sebagai warisan budaya takbenda yang ditabuh tanpa amplifikasi elektrik. Tahun depan YGF berusia 30 tahun.

"Kami sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar tapi tentu saja hal itu perlu dukungan dari berbagai pihak. Kami harap, kontribusi dari teman-teman," tambahnya.

Baca Juga: Yogyakarta Gamelan Festival 2024: Merawat Budaya Lewat Lokakarya

KPH. Purbodiningrat, selaku penasihat Jogja Festivals menyampaikan apresiasinya bisa hadir di acara ini.

"Kita tidak boleh merasa puas dan berbangga diri, karena kegiatan ini harus selalu bergulir agar gamelan tetap lestari. Kami berharap, Yogyakarta Gemelan Festival yang berlangsung selama satu minggu ini bisa lebih spektakuler," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi membacakan sambutan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Hamengkubuwana X.

“Setiap instument yang ada pada gamelan memiliki makna yang berkaitan dengan kehidupan, kendang misalnya berperan sebagai pemimpin yang mengendalikan irama gamelan memiliki filosofi ‘ndang’ yang dalam bahasa Jawa berarti bersegeralah, dan memiliki filosofi sebagai arti bersegeralah dalam beribadah kepada yYang Maha Pencipta. Setiap instrumen dalam gamelan dimainkan dengan porsinya masing-masing sehingga mampu menghasilkan harmonisasi yang indah pun dengan keberagaman dan perbedaan yang kita miliki tidak perlu sama namun dengan saling menghargai perbedaan tersebut dapat terwujud kehidupan yang selaras dan harmonis. Maka Yogyakarta Gamelan Festival menjadi salah satu medium untuk kembali memasuki pembelajaran hidup harmonisasi irama,” katanya.

Kemeriahan Gaung Gamelan semakin terasa dengan stan kuliner dan kerajinan di sekitar area pertunjukan. Stand ini menghadirkan aneka camilan, antara lain menu angkringan, kacang rebus, jagung rebus, wedang ronde, sate kere, dan sebagainya.

Persembahan Ladrang Piweling dan Gundhul-gundhul Pacul yang dipentaskan oleh delapan belas kelompok karawitan DIY menjadi penutup Gaung Gamelan sekaligus menutup rangkaian acara Yogyakarta Gamelan Festival 29.

YGF-29 kali ini digelar selama satu minggu, yaitu 5 Agustus sampai 11 Agustus 2024. Sebelum Gaung Gamelan, ada sederet rangkaian acara festival gamelan internasional ini.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI