Film 'Madina': Kemana Penyintas Kekerasan Seksual Berlari?

Selasa, 21 Januari 2025 | 09:13 WIB
Film 'Madina': Kemana Penyintas Kekerasan Seksual Berlari?
Film Madina (2023) yang ditayangkan di Alternativa Film Awards and Festival di Yogyakarta, 24 November 2024 (Instagram/madinamovie)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tetapi pelarian mereka bukan pelarian Madina. Tarian yang diajarkan, disalahpahami sebagai gerakan erotis yang berujung pada kekerasan baru yang diterima Madina.

Visualisasi yang menarik di sini adalah bagaimana timpangnya pandangan antara perempuan dan laki-laki. Kesenangan perempuan seringkali menjadi bakal bagi laki-laki untuk merendahkan, mengobjektifikasi, dan melakukan kekerasan.

Laki-laki menempatkan diri mereka sebagai makhluk yang memiliki kuasa atas perempuan, terutama tubuh perempuan. Sementara perempuan 'dipaksa' untuk menempatkan diri sebagai seorang 'penerima', dan begitu lah yang dilakukan oleh Madina kala itu.

Tanpa protes, Madina pulang ke rumah dan berlari ke pelukan buah hatinya. Namun putrinya yang baru berusia dua tahun bertanya soal luka yang ada di wajahnya dan Madina pun menangis.

Ia tidak menangis untuk dirinya sendiri, atau goresan yang merusak kesempurnaan wajahya. Ia menangis untuk putrinya, yang bahkan tidak memperoleh pengakuan secara hukum oleh ayahnya sendiri.

Bagaimana ia harus menghadapi dirinya sendiri, sebagai seorang ibu tunggal yang mengalami kekerasan? Mungkin pertanyaan tersebut yang terbenam dalam pikiran Madina setiap kali ia termenung.

Adegan dalam film Madina (Tokyo International Film Festival)
Adegan dalam film Madina (Tokyo International Film Festival)

Karakter Madina dalam film ini memperlihatkan bahwa menjadi ibu tunggal bukan sekadar persoalan peran ganda. Menjadi ibu tunggal berarti menyisihkan emosi yang menghantui kehidupanmu demi menyambung kehidupan putrimu.

Menjadi ibu tunggal memposisikan Madina sebagai sosok yang berupaya memastikan putrinya hidup dengan aman, secara finansial maupun emosional. Meski harus dibayar dengan mengabaikan luka-luka kekerasan seksual.

Madina melanjutkan hidupnya dalam keheningan, hingga keheningan tersebut dibuyarkan oleh pengakuan mengiris hati dari sang adik. Adik laki-lakinya adalah seorang penyintas kekerasan seksual seperti Madina.

Baca Juga: Review Film Pengantin Setan, Inikah Rasanya Jadi Istri yang Dicintai Jin?

Kekerasan seksual diterima ketika adiknya masih belia dari seorang pria yang disebut sebagai keluarga. Kekerasan tersebut diketahui oleh neneknya dan neneknya memilih bungkam selama bertahun-tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI