IHSG Anjlok Parah, Ernest Prakasa Yakin Buzzer Kesulitan Bela Pemerintah

Yazir F Suara.Com
Selasa, 18 Maret 2025 | 22:16 WIB
IHSG Anjlok Parah, Ernest Prakasa Yakin Buzzer Kesulitan Bela Pemerintah
Ernest Prakasa Soroti IHSG Anjlok

Suara.com - Komika sekaligus insan perfilman, Ernest Prakasa turut menyoroti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami penurunan dramatis pada Selasa (18/3/2025).

Anjloknya IHSG tak bisa dipungkiri telah memicu gelombang kekhawatiran di kalangan investor dan masyarakat luas.

Pada penutupan sesi I, IHSG anjlok sebesar 395,8 poin atau 6,12 persen ke level 6.076,08, sebuah penurunan yang sangat signifikan dan mengejutkan banyak pihak.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan sempat dihentikan sementara (trading halt) selama 30 menit, dari pukul 11.19 WIB hingga 11.49 WIB.

Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap penurunan indeks yang melebihi ambang batas 5 persen, sebuah langkah yang diambil untuk meredam kepanikan pasar.

Ernest Prakasa [Instagram/ernestprakasa]
Ernest Prakasa [Instagram/ernestprakasa]

Penurunan IHSG langsung menjadi topik hangat di media sosial, di mana netizen dan tokoh publik mengungkapkan beragam reaksi.

Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah komentar dari Ernest Prakasa, seorang komika dan produser film terkenal, yang dikenal dengan gaya komentarnya yang tajam dan kritis.

Melalui akun media sosialnya, Ernest melontarkan sindiran pedas yang menyoroti ketidakmampuan "buzzer" atau pendengung media sosial dalam mengatasi masalah ekonomi yang mendasar.

"Kayaknya sih kalau masalah yang ini nggak bisa diatasi pake buzzer ya?" tulis Ernest, merujuk pada pemberitaan tentang anjloknya IHSG.

Baca Juga: Apa Itu IHSG? Anjloknya Bikin Heboh, Tapi Prabowo Dulu Cuek Saja: Rakyat Desa Nggak Punya Saham!

Komentar yang dilontarkan Ernest langsung memicu gelombang reaksi dari netizen, yang sebagian besar setuju dengan sindiran tersebut.

Banyak yang berpendapat bahwa masalah ekonomi riil seperti penurunan IHSG tidak bisa ditutupi dengan narasi-narasi yang dibuat oleh buzzer.

Sebagaimana diketahui, buzzer sering digunakan untuk menciptakan opini publik yang positif terhadap pemerintah atau kebijakan tertentu.

"Buzzer bisa dikerahkan. Media bisa diarahkan. Pejabat bisa ngeles bilang semua aman terkendali. Tapi market? Nggak bisa dibohongin. Angka nggak bisa direkayasa," tulis seorang netizen.

"Investor nggak akan taruh duitnya di negara yang tiap hari isinya korupsi, bancakan anggaran, dan skandal yang ujung-ujungnya cuma jadi drama," lanjut netien yang sama.

Potret Ernest Prakasa (Instagram/@ernestprakasa)
Potret Ernest Prakasa (Instagram/@ernestprakasa)

Komentar ini mencerminkan kekecewaan publik terhadap kondisi ekonomi yang dirasakan tidak stabil, serta ketidakpercayaan terhadap upaya-upaya pencitraan yang dianggap tidak substansial.

"Buzzer sekarang udah nggak seramai sebelum Pemilu, apa bayarannya udah turun nilainya?" tambah netizen lain.

Netizen tersebut menyoroti adanya perubahan dinamika di media sosial setelah Pemilu, di mana peran buzzer tampaknya mulai meredup.

Kemungkinan besar karena perubahan anggaran atau fokus dari pihak-pihak yang sebelumnya menggunakan jasa mereka.

Ada pula netizen yang bersikap sinis, "Bisa, nanti buzzer fokusnya bilang, 'Rakyat kebanyakan nggak main saham,' terus bilang, 'Bagus dong kalo investor pada cabut, kita bisa mandiri dan nggak ada intervensi asing.'"

Netizen tersebut mengkritik potensi narasi yang mungkin dibangun untuk merasionalisasi penurunan IHSG, dengan mengabaikan dampak negatifnya terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Jika performa IHSG semakin hari terus buruk, maka ini berpotensi hilangnya kepercayaan investor dan dampak pada sektor-sektor terkait.

Penurunan IHSG yang mengkhawatirkan disebut-sebut menjadi pengingat akan kerentanan pasar modal terhadap sentimen negatif, baik dari dalam maupun luar negeri.

Reaksi dari Ernest Prakasa dan netizen di media sosial menunjukkan bahwa publik semakin kritis dan sadar akan isu-isu ekonomi, serta menuntut respons yang lebih serius dan substansial dari pemerintah dan pihak-pihak terkait.

Mereka mengharapkan solusi nyata yang dapat membangun kepercayaan pasar dan memulihkan stabilitas ekonomi, bukan sekadar upaya pencitraan atau narasi-narasi yang dibuat untuk menutupi masalah yang sebenarnya.

Kontributor : Chusnul Chotimah

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI