Suara.com - Sutradara Joko Anwar tiba-tiba membagikan keluh kesahnya tentang apa yang dirasakan selama menjalankan perannya di balik produksi film layar lebar.
Lewat sebuah tulisan panjang di X, Kamis (3/4/2025), Joko Anwar menyebut dirinya terasa seperti sutradara baru setiap memulai sebuah produksi.
"Tiap memulai satu project film baru, selalu ngerasa bego banget," ungkap Joko Anwar.
Dari setiap proyek baru yang dijalani, Joko Anwar selalu menemukan hal baru yang menurut dia menarik untuk didalami.
"Mulai dari nol lagi, harus belajar lagi. Nggak ada itu, makin lama kerja sebagai filmmaker jadi makin jago. Yang ada makin sadar, masih banyak kekurangan," aku Joko Anwar.
Berkaca dari situ, peran para pengkritik pada akhirnya sangat diharapkan Joko Anwar dalam setiap rilisan film barunya.
"Butuh masukan dari kolega, dari penonton. Saya beruntung tiap ada yang memuji film kami, selalu ada juga yang mengkritik," kata Joko Anwar.
Oleh karenanya lewat tulisan tersebut, Joko Anwar membuka pintu seluas-luasnya bagi mereka yang ingin menyampaikan kritik.
"Keep us grounded. Keep us willing to always learn," harap Joko Anwar.
Baca Juga: Persaingan Film Lebaran 2025, Norma: Antara Mertua dan Menantu Paling Tak Diminati
Benar saja, kritik langsung ramai bermunculan di unggahan Joko Anwar. Mulai dari pertanyaan tentang kualitas film Indonesia, yang dianggap masih kalah dari hasil produksi Hollywood.
"Kenapa ya? Kalau film Amerika enak ditonton. Tapi film lokal, ya ampun, nggak dah," keluh akun Alpha Phi Zetta.
Untuk kritik yang semacam ini, Joko Anwar meyakini si pemilik akun belum pernah menyaksikan karya layar lebar hasil kreasi sineas lokal.
Oleh karenanya, Joko Anwar cuma merespons dengan pertanyaan balik ke sang pengkritik. "Beneran udah nonton film lokal? Banyak banget yang lebih enak ditonton ketimbang film Amerika," tuturnya.
Ada juga yang menitikberatkan kritik ke kemampuan Joko Anwar mengembangkan alur cerita film, yang di beberapa karyanya seperti sengaja dibiarkan menggantung tanpa kejelasan.
"Resolusi di karya-karya Bang Jokan kebanyakan kentang. Contoh yang paling bikin meringis, Impetigore dan series Nightmares and Daydreams. Sayang banget cerita yang udah dibangun menarik dan seciamik itu, runtuh di akhir," keluh pemilik akun bernama Ridho.

Sebagai salah satu penikmat karya Joko Anwar, akun itu berharap karya-karya selanjutnya bisa dilengkapi dengan alur cerita yang lebih lengkap. "Semoga lebih lengkap lagi di karya selanjutnya," harap akun tersebut.
Kali ini, Joko Anwar merespons kritik yang datang dengan cara positif. Ia mengaminkan harapan penonton yang ingin menyaksikan gaya cerita berbeda dari film buatannya.
"Amin," tutur Joko Anwar.
Joko Anwar pun sempat terlibat dalam diskusi panjang dengan pemilik akun Yror Eivets, yang mengkritik standar kelewat tinggi sang sutradara di setiap karya.
"Yang jadi masalah itu ekspektasi tinggi, karena Bang Jokan set the bar very high. Di luar itu, status Bang Jokan sudah jadi cult auteur director. Yang punya fanbase fanatik seperti Nolan atau Snyder. Ini bubble yang harus dipecahkan," kata si pemilik akun.
"Iya ini resiko pekerjaan yang hasil kerjanya dimaksudkan buat dikonsumsi banyak orang yah. Padahal cuma kerja aja, nggak berusaha jadi yang paling hebat," jawab Joko Anwar.
Sebagai penikmat karya Joko Anwar yang lain, akun tersebut berharap sang sutradara sesekali bisa menampilkan lagi gaya film yang pernah ia sajikan dalam Janji Joni.
"Be the best, bang. Aku hanya berharap Bang Jokan back to roots untuk bikin film semacam Janji Joni lagi. Atau mungkin Cinema Paradiso versi Indonesia," harapnya.
Lagi-lagi, Joko Anwar tidak menerima kritik untuk poin satu ini, karena sudah berkaitan dengan urusan prinsip sebagai sutradara film.
"Sineas seharusnya bikin film sesuai impulse dalam dirinya, sesuai dengan perkembangan dirinya. Jadi nggak mungkin kembali ke belakang, karena pasti sudah berbeda," tandas Joko Anwar.