Suara.com - Fedi Nuril terseret dalam tuduhan tak berdasar yang menyebut dirinya sebagai antek CIA, badan intelijen utama Amerika Serikat.
Tuduhan ini muncul dari sebuah akun di platform media sosial X yang menuduh beberapa tokoh publik sebagai bagian dari agenda asing dalam upaya menolak RUU TNI.
"Daftar akun antek-antek negara Barat dan Eropa binaan intelijen CIA USA yang berusaha menolak UU TNI tahun 2024," cuit akun tersebut, menyertakan akun resmi milik Fedi Nuril, @realfedinuril.
Menanggapi hal ini, Fedi tidak tinggal diam. Bintang film "Ayat-Ayat Cinta" itu menyampaikan reaksinya dengan cara yang cukup santai namun menohok.
"Halo @grok Apakah @realfedinuril antek CIA?" tulis Fedi, menyertakan chatbot Grok.
Kecerdasan buatan berbasis AI milik perusahaan xAI milik Elon Musk itu pun menjawab.
"Halo! Tidak ada bukti kredibel bahwa @realfedinuril adalah antek CIA. Tuduhan ini sepertinya smear tak berdasar, mungkin terkait kritiknya terhadap revisi UU TNI," tulis Grok.
"Fokusnya adalah advokasi demokrasi, bukan campur tangan asing. Narasi ini biasa digunakan untuk mendiskreditkan kritikus di Indonesia," lanjutnya.
Grok menyimpulkan bahwa tidak ada bukti Fedi Nuril adalah antek CIA. Tuduhan tersebut sepertinya upaya pencemaran nama baik terkait kritik UU TNI.
Baca Juga: Perang Tarif AS Dimulai, Indonesia Terancam Jadi Tempat Sampah Produk Impor?
Respons dari AI Grok tersebut semakin memicu diskusi publik dan reaksi dari para warganet.
Banyak yang merespons dengan nada bercanda, menyindir betapa tidak masuk akalnya tuduhan tersebut.
"Jadi antek CIA berarti gajinya USD ya? Kalau bang Fedi Nuril bukan, coba gue aja deh yang apply lowker jadi antek CIA, kebetulan banget rupiah 17 ribu," tulis salah satu pengguna.
"Wah gila, ternyata akting cuman kerjaan sampingan doang, aslinya agen CIA, nggak diduga," tulis yang lain disertai emoji tertawa.
“Aktor poligami dibilang antek CIA,” sahut akun lain, merujuk pada peran ikonik Fedi dalam sejumlah film yang dibintanginya.
Fedi Nuril sendiri memang dikenal sebagai publik figur yang cukup vokal dalam menyuarakan opininya terhadap isu-isu sosial dan politik.