Dalam perjalanan ini, hubungan Menn dan Titi berkembang menjadi sebuah ikatan persahabatan yang tak terduga.
Keduanya memperlihatkan bahwa cinta dan persahabatan bisa melampaui batas-batas kehidupan dan norma sosial.
Mengandung Unsur LGBTQ+ yang Kuat

Kandungan tema LGBTQ+ yang kuat dalam The Red Envelope diduga menjadi alasan utama mengapa film ini belum berhasil mendapatkan Surat Tanda Lulus Sensor dari LSF.
Film ini secara eksplisit membahas pernikahan sesama jenis, hak-hak LGBTQ+, serta diskriminasi dan tekanan sosial yang dihadapi oleh individu dengan identitas gender dan orientasi seksual yang beragam.
The Red Envelope tidak sekadar mengangkat isu tersebut secara dangkal, melainkan juga menyelipkan pesan tentang penerimaan dan pentingnya keberanian menjadi diri sendiri.
Di tengah euforia legalisasi pernikahan sesama jenis di Taiwan dan Thailand, The Red Envelope menjadi karya yang merefleksikan perubahan sosial yang tengah berlangsung di kawasan Asia.
Sayangnya, di Indonesia, representasi seperti ini masih kerap dianggap kontroversial, terutama dalam medium populer seperti film.
Hal ini membuat banyak penggemar khawatir bahwa The Red Envelope tidak akan pernah mendapatkan izin tayang di bioskop nasional, meskipun sebelumnya dijadwalkan rilis pada 30 April 2025.
Baca Juga: Jogja Film Pitch and Fund 2024 Digelar, Terpilih 4 Film Karya Sineas Lokal yang Menggugah Sanubari
Dengan sinematografi apik, narasi yang mengaduk-aduk emosi, serta akting para pemain yang memukau, The Red Envelope sebenarnya berpotensi menjadi salah satu film Thailand tersukses di pasar Internasional, termasuk Indonesia.