Suara.com - Aktor sekaligus anggota Komisi X DPR RI Verrell Bramasta akhirnya menanggapi tantangan dari Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein.
Belum lama ini, Saepul Bahri Binzein, atau yang akrab disapa Om Zein, menantang Verrell Bramasta untuk ikut terjun ke lapangan mengurus 15 siswa yang berperilaku tidak baik.
Om Zein mengajukan tantangan tersebut usai laki-laki 28 tahun itu mengkritik kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi soal membawa siswa-siswa sekolah ke barak militer untuk dididik.
Menurut sang Bupati, seharusnya Verrell Bramasta turun langsung ke lapangan supaya memahami situasi dan kondisi siswa di Jawa Barat sebelum mengeluarkan kritikan.
"Ya ampun mas, mas, mas kan dapil (daerah pilihan) sini, mendingan turun deh mas, mendingan turun langsung daripada mas berwacana," tuturnya dalam video yang diunggah ke akun TikTok-nya.
Om Zein menambahkan, "Nah, yang mas maksud, yang pro kontra kekhawatiran tuh orangtua yang mana?"
Mengenai hal itu, Verrell Bramasta menerimanya dengan tangan terbuka. Ia mengaku siap untuk menyaksikan bagaimana program mendisplinkan siswa di barak militer berjalan.
"Jika saya diundang, terutama yang ada di dapil (daerah pilihan) saya, saya dengan senang hati, saya akan hadir untuk melihat secara langsung seperti apa program itu," tegas anak dari mantan anggota DPR Venna Melinda.
"Jadi ditunggu undangannya ya," imbuhnya, dikutip dari tayangan YouTube Cumicumi pada Selasa, 13 Mei 2025.
Baca Juga: Verrell Bramasta Kritik Kebijakan Dedi Mulyadi soal Siswa Dididik di Barak Militer: Nanti Jadi Keras
Verrell Bramasta juga menegur Om Zein untuk tidak antikritik. Bagi dirinya, seorang pejabat publik sudah seharusnya siap untuk mendapat kritikan dari siapa saja.
"Sebagai pelayan masyarakat, kita harus diap dikritik. Kalau tidak siap dikritik, merasa selalu paling benar, enggak usah jadi pejabat," tegurnya menohok.
Dalam tegurannya itu, pria yang dikabarkan tengah dekat dengan selebgram Fujianti Utami itu juga meluruskan bahwa ia sama sekali tidak kontra terhadap kebijakan Dedi Mulyadi.
Sebaliknya, Verrell Bramasta justru ingin menambahkan poin-poin yang dirasa kurang lengkap dalam kebijakan tersebut.
"Tidak ada sedikit pun di dalam video saya bahwa saya kontra terhadap sebuah kebijakan yang ada di Dapil saya. Jadi saya anjurkan teman-teman semua kalau melihat video, atau menerima pesan, dibaca secara keseluruhan," tegurnya.
"Pada prinsipnya, saya hanya ingin menyuarakan suara mereka yang memiliki pandangan berbeda mengenai program yang ada di dapil saya. Ambil saja, itu sebagai bahan pertimbangan. Koreksi dan sempurnakan programnya," pungkasnya.
![Verrell Bramasta. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/03/63024-verrell-bramasta.jpg)
Opini Verrell Bramasta tentang kebijakan Dedi Mulyadi
Melalui postingan di akun TikTok Partai Amanat Nasional (PAN), Verrell Bramasta mulanya memberi apresiasi terhadap pemerintah daerah dalam menerapkan kedisiplinan terhadap murid-murid yang dianggap nakal.
Namun, menurutnya, pendekatan militer yang dicanangkan oleh Dedi Mulyadi kurang tepat. Terlebih, kebijakan tersebut banyak menuai kontra dari berbagai pihak, termasuk sejumlah orang tua.
"Banyak yang akhirnya bertanya apakah metode ini benar-benar efektif untuk men-tackle akar permasalahan?" tutur anak sulung aktris sekaligus mantan anggota DPR Venna Melinda itu
Pria 29 tahun itu meyakini bahwa kenakalan remaja tidak hanya disebabkan oleh faktor disiplin yang lemah, tetapi juga dampak dari masalah lain seperti tekanan sosial maupun emosional.
"Kita perlu tahu hal ini lebih mendalam dalam banyak kasus perilaku menyimpang bagi para anak-anak muda atau remaja ini bukan hanya semata-mata karena soal disiplin yang lemah," sambungnya.
Verrell Bramasta menambahkan, "Tetapi bisa jadi juga ini adalah merupakan manifestasi dari dinamika keluarga, tekanan sosial, atau pun masalah emosional yang belum tertangani."
Pendekatan fisik seperti pendidikan di barak militer justru dinilai hanya akan melahirkan anak muda yang keras, bukan tangguh. Sebab, mereka tidak dididik secara psikologis dan spiritual.
"Bila kita hanya mengandalkan pendekatan fisik tanpa menyentuh dimensi psikologis dan spiritual, para remaja ini, saya rasa kita malah akan membentuk karakter anak-anak muda yang keras, bukan yang tangguh," tegasnya.