Ekspresi Gibran Dinasihati Cak Imin soal Tambang dan Lingkungan Disebut Bebal

Yohanes Endra Suara.Com
Selasa, 10 Juni 2025 | 18:21 WIB
Ekspresi Gibran Dinasihati Cak Imin soal Tambang dan Lingkungan Disebut Bebal
Ekspresi Gibran Dinasihati Cak Imin soal Tambang dan Lingkungan. [ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Debat cawapres antara Gibran Rakabuming Raka dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin jelang Pemilu 2024 lalu kembali mencuat ke permukaan.

Potongan debat kembali viral di tengah isu tambang nikel di Raja Ampat yang belakangan ini memicu keresahan publik.

Debat tersebut mengambil tema soal tambang dan lingkungan, yang relevan dengan kontroversi aktivitas penambangan nikel di kawasan surga wisata alam ini.

Salah satu pengguna media sosial X dengan akun @Anak__Ogi menyoroti ekspresi wajah Gibran ketika dinasihati oleh Cak Imin terkait pentingnya etika lingkungan dalam pengelolaan sumber daya alam.

"Mengingat kembali debat Cak Imin vs Gibran soal tambang. Coba perhatikan wajah Gibran saat dinasihati soal lingkungan," tulis akun tersebut.

"Paham kan kenapa yang sekarang semua terjadi? Mirip bapaknya, bebal po," lanjutnya, mengaitkan sikap Gibran dengan mantan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Menteri Koordinasi Pemberdayaan Manusia (PM) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. (Suara.com/Lilis)
Menteri Koordinasi Pemberdayaan Manusia (PM) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. (Suara.com/Lilis)

Dalam video, Gibran yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden menegaskan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.

Menurutnya, kekayaan ini adalah kekuatan dan bargaining position bagi negara.

"Indonesia itu adalah negara yang punya cadangan nikel terbesar sedunia. Ini kekuatan kita. Ini bargaining kita," kata Gibran.

Baca Juga: Empat Izin Usaha Pertambangan di Raja Ampat Dicabut, Termasuk PT Gag Nikel?

"Jangan malah membahas LFP. Itu sama saja dengan mempromosikan produknya Cina," sambungnya.

Dia juga menyinggung soal tim sukses Cak Imin dan komunikasi internal yang dianggap kurang efektif dalam pembahasan kebijakan.

Menanggapi pernyataan tersebut, Cak Imin memberikan penjelasan yang cukup panjang dan rinci.

Dia menegaskan bahwa setiap kebijakan terkait produksi dan pengelolaan sumber daya alam harus berpegang pada etika lingkungan.

"Komitmen kita, intinya adalah keseimbangan antara meletakkan manusia dengan alam," ujar politisi yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Indonesia ini.

"Keseimbangan ini tidak bisa ditawar-tawar agar pembangunan kita berkelanjutan, agar melibatkan semua pihak yang ada," tuturnya lebih lanjut.

Cak Imin menegaskan bahwa produksi tambang, termasuk nikel dan litium, tidak boleh dilakukan secara sembrono dan sewenang-wenang tanpa memperhatikan aspek ekologis dan sosial.

Lebih jauh, dia menyoroti kondisi pekerja tambang yang seringkali diabaikan, maraknya tenaga kerja asing, hingga tingginya angka kecelakaan kerja.

Cak Imin juga menyatakan bahwa pemasukan negara dari tambang nikel sebenarnya masih sangat kecil dibanding potensi yang ada, mengindikasikan adanya masalah dalam pengelolaan maupun hilirisasi sumber daya tersebut.

Respon publik atas potongan debat ini pun beragam dan penuh kritik, terutama terhadap sikap Gibran yang dianggap kurang menghargai nasihat lawan debatnya.

"Gue yakin Cak Imin berbicara panjang lebar, tapi nggak ada yang masuk ke otak Gibran," komentar netizen.

"Sikapnya sangat buruk saat mendengarkan lawan bicara, tatapan meremehkannya itu loh, kok bisa dia yang terpilih?" tambah netizen.

Selain kritik tersebut, ada juga yang menyindir motif di balik gencarnya pembicaraan soal hilirisasi nikel.

"Di balik gencarnya beliau bicara hilirisasi, ternyata supaya kapal Iriana dan Jokowi bisa terpakai ya. Setidaknya kalau habis pensiun seperti ini masih ada pemasukan. Saya jadi sedikit paham sekarang," sahut netizen.

Baru-baru ini, sejumlah unggahan di media sosial menampilkan kapal-kapal yang dinamai JKW Mahakam dan Dewi Iriana mengangkut muatan diduga nikel dari Raja Ampat.

Nama "JKW" diidentikkan dengan inisial Joko Widodo, sementara "Dewi Iriana" merujuk pada nama mantan Ibu Negara.

Hal ini sontak menimbulkan pertanyaan publik mengenai kepemilikan kapal-kapal tersebut dan kaitannya dengan pejabat negara.

Berdasarkan penelusuran, kapal-kapal tersebut tidak dimiliki oleh satu perusahaan saja.

Namun publik terlanjur berburuk sangka pada keluarga Jokowi.

Kontributor : Chusnul Chotimah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI