Suara.com - Ernest Prakasa secara mengejutkan memutuskan untuk mengakhiri jejak digitalnya di platform X (sebelumnya Twitter).
Keputusan yang diumumkan melalui Instagram Story pada Minggu, 8 Juni 2025 ini segera memicu beragam reaksi.
Salah satu respons yang paling disorot datang dari akun pecinta Formula E Indonesia, @FormulaGledek.
Akun ini menyentil Ernest dengan cuitan, "Bye bang @ernestprakasa, our interaction will be missed."
Sindiran ini merujuk pada insiden lama pada 2022 ketika Ernest sempat mengeluarkan cuitan kontroversial yang membandingkan Formula E dengan MotoGP.
"Wajar lah brand nggak mau keluar duit. Jangan samain ama Moto GP yang memang event bergengsi, Formula E siapa yang ngikutin coba selain panitia," cuit Ernest kala itu.
Cuitan ini dengan cepat menuai badai kritik dari netizen dan penggemar Formula E yang merasa diremehkan dan disudutkan.
Akun @FormulaGledek bahkan membalas cuitan Ernest dengan nada menohok, "Hai bang @ernestprakasa, dihapus ya twitnya hehehe."
"Kita udah ngikutin Formula E sejak 2017. Dan kita bukan panitia kok. Kita lahir berlandaskan passion kami sebagai fans balapan. Just saying," lanjutnya.
Baca Juga: Bela Prabowo, Lita Gading Sebut Pikiran Ernest Prakasa Pendek Terkait Hadiah Jam Tangan Rolex
Meskipun Ernest akhirnya menghapus cuitan tersebut dan menyampaikan permintaan maaf, banyak netizen yang merasa permintaan maafnya tidak tulus.
Insiden ini sempat membuat nama komika sekaligus produser film tersebut menjadi trending topic di X, menjadi salah satu catatan kelamnya dalam berinteraksi di platform tersebut.
Sementara itu, Ernest Prakasa cukup blak-blakan mengenai alasannya meninggalkan X.
![Ernest Prakasa Sentil Anggaran Rolex untuk Timnas di Tengah Krisis. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/08/29411-ernest-prakasa.jpg)
Dia mengaku sudah merasa lelah dengan dinamika yang terjadi di platform tersebut dan merasakan bahwa suasana di sana tidak lagi sama seperti dulu.
"It was fun. But it's no longer what it used to be," tulis Ernest, menggambarkan perasaannya yang jenuh dengan hiruk-pikuk dan tensi yang kerap muncul di X.
Keputusan Ernest juga semakin diperkuat setelah dia terpengaruh oleh video YouTube dari Ferry Irwandi yang membahas tentang "bahaya" platform X.
Video tersebut agaknya semakin memantapkan sang komika untuk mengikuti jejak beberapa teman dan figur publik lain yang sudah lebih dulu meninggalkan platform tersebut, seperti Raditya Dika dan Ferry Irwandi sendiri.
Fenomena eksodus para figur publik dari X ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi dan kenyamanan dalam menggunakan media sosial.
Setelah menghapus akunnya, Ernest mengaku merasakan ketenangan dan kedamaian yang luar biasa.
"Day 1 kagak main twitter. Damai ya? Kenapa nggak dari dulu," ungkapnya.
Pengakuan ini mengindikasikan bahwa X mungkin telah menjadi sumber tekanan atau ketidaknyamanan baginya.
Keputusan Ernest Prakasa untuk menonaktifkan akun X-nya memicu beragam spekulasi.
Pasalnya, hini terjadi tak lama setelah dia melontarkan kritik pedas terkait pemberian hadiah jam tangan Rolex yang diberikan Presiden Prabowo Subianto kepada para pemain Timnas Indonesia.
Ernest mempertanyakan transparansi dana di balik hadiah mewah tersebut di tengah wacana penghematan anggaran negara.
Meskipun tidak secara eksplisit menyatakan bahwa kritik tersebut adalah alasan utamanya meninggalkan X, banyak netizen yang mengaitkan kedua peristiwa ini.
Mereka beranggapan bahwa kritik Ernest mungkin telah menarik perhatian yang tidak diinginkan, termasuk potensi serangan dari buzzer atau pihak-pihak tertentu.
Menariknya, Ernest juga sempat menyinggung tentang jasa buzzer yang mungkin merasa terancam dengan keputusan para pemilik akun centang biru (termasuk dirinya) untuk menonaktifkan akun X.
Dengan nada berkelakar, dia menulis bahwa "Jasa buzzer Twitter terancam gulung tikar karena Twitter kehabisan target buat diserang."
Sindiran ini bisa diartikan sebagai kritik halus Ernest terhadap praktik buzzer di media sosial yang kerap menyerang akun-akun dengan follower besar atau figur publik yang vokal.
Kontributor : Chusnul Chotimah