“Situasi kami lebih sulit, seolah terkunci untuk bergerak. Sekitar 20 polisi, intel, mobil polisi bahkan mobil tahanan siap di depan bus, khusus disiapkan untuk kami ber-10,” imbuhnya.
Beruntung, mereka bisa meyakinkan petugas bahwa mereka hanyalah turis dari Indonesia.
Namun, pengawasan tetap berlangsung ketat. Para intel dan polisi terus mengikuti serta merekam setiap aktivitas mereka.
Untuk menyiasati tekanan ini, Zaskia dan rekan-rekan memutuskan pindah ke hotel bintang lima dengan harapan tingkat keamanan dan protokol hotel bisa melindungi mereka dari intervensi aparat.
“Kami pindah ke hotel bintang 5 dengan harapan protokol hotel akan membuat intel tidak bisa sembarangan mengikuti atau menangkap turis seperti yang terjadi kepada bule di hotel sebelumnya,” jelas Zaskia.
Sayangnya, harapan itu pupus. Aparat tetap mengikuti mereka secara terang-terangan. Seluruh staf hotel bahkan tampak siaga dan menunjukkan sikap curiga.
“Ternyata salah, mereka tetap terang-terangan mengikuti kami. Semua staf hotel seperti di-briefing, dan menatap kami dengan tatapan marah dan curiga. Seolah-olah kami ini tahanan,” tuturnya.
Dalam kondisi tersebut, Zaskia dan rombongan pun berpura-pura menjadi turis agar tidak menimbulkan kecurigaan lebih lanjut.

Mereka menyewa kapal untuk menyusuri sungai Nil, sambil merenungkan kisah Nabi Musa dan keyakinan ibunya kepada Allah SWT.
Baca Juga: Zaskia Adya Mecca dan Artis Lain Jalan Kaki 50KM Demi Gaza! Ini yang Mereka Suarakan
“Kami playing tourist, naik kapal depan hotel. Mencoba merasakan kepasrahan juga keyakinan ibunda Nabi Musa ketika menghanyutkan bayinya di sungai ini,” ujarnya.
Di tengah tekanan dan ketidakpastian, Zaskia hanya bisa berserah. Ia mengaku lelah secara fisik dan mental, namun tetap memupuk semangat dan harapan untuk membantu rakyat Palestina.
“Dari pagi kami mengalami tekanan seperti ini saja rasanya lelah luar biasa. Entah kekuatan sebesar apa yang dimiliki saudara-saudara kita di Palestina,” pungkasnya.