Suara.com - Melanie Subono dikenal sebagai salah satu artis yang doyan bersuara keras untuk menentang berbagai kebijakan pemerintah yang sarat kontroversi.
Mereka yang duduk di DPR RI tidak jarang jadi sasaran tembak Melanie Subono, karena sangat jarang memperjuangkan hak-hak rakyat seperti janji saat kampanye.
Di satu waktu, Melanie Subono bahkan sempat berpikir untuk ikut meramaikan Pemilu Legislatif agar bisa ikut bertugas di Senayan.
Dalam pikiran Melanie Subono, bisa saja kehadirannya di sana membawa perubahan dan benar-benar membuat anggota DPR RI menjalankan tugas sebagai wakil rakyat.
"Gue pernah ada di posisi yang gue berpikir, you know what, mungkin, mungkin ke dalam sana gue bisa ngerubah things ya," ungkap Melanie di podcast bersama Nanda Persada yang tayang di YouTube belum lama ini.
Untungnya, Melanie Subono cepat tersadar bahwa letak kesalahan di parlemen bukan murni bersumber dari mereka yang bertugas di sana.

Melainkan dari cara pengambilan keputusannya, yang masih menganut sistem pemungutan suara terbanyak atau voting.
"Negara kita ini masih, untuk setiap keputusan, ngambil suara terbanyak," kata Melanie.
Di luar itu, masih ada juga ragam kepentingan dari berbagai elite politik yang ingin dicapai dengan duduk di parlemen.
Baca Juga: Rapat Dengar Pendapat DPR, Pertamina Paparkan Pertumbuhan Bisnis
"Jadi menurut lo, berjuang dengan masuk ke dalam sistem itu efektif nggak?," tanya Nanda.
"No. Tergantung isu apa yang lo bawa ya," jawab Melanie.
Masing-masing partai politik jelas membawa misi mereka sendiri saat mendapat kursi di DPR RI.
Andai ada anggota parlemen yang benar-benar ingin memperjuangkan hak rakyat, bisa saja niat baik itu terbentur kepentingan partai politik yang mengusungnya.
"Kalau isunya seksi dan sejalan sama apa yang wakil-wakil kita lagi pengin suarain, ya probably you get paid for every issue relate," kata Melanie.
Pada akhirnya, niat baik mereka yang benar-benar ingin mewakili rakyat akan terpinggirkan dengan misi yang dibawa partai pengusung masing-masing.
Perubahan yang dikehendaki pun tidak akan tercapai, dan mereka yang bekerja di parlemen hanya berlabel petugas partai saja.
"Ya gue percaya, banyak yang di sana juga sebenernya niatnya tulus. Tapi, then again, kalau pengambilan keputusan masih dari suara terbanyak, aduh, susah," keluh Melanie.
Kenyataan itu juga yang memicu keputusan Melanie Subono untuk benar-benar berdiri membela rakyat dari luar pemerintahan.
Lewat gerakan Rumah Harapan yang ia inisisasi, Melanie Subono sudah membuktikan dirinya bisa menggerakan rakyat untuk melawan berbagai bentuk kecurangan dan ketidakadilan dari mereka yang berkuasa.
"Alhamdulillah, kekuatan rakyat tiri dan rumah harapan bisa bebasin orang dari hukuman mati, bisa ngerubah undang-undang, bisa memecat hakim atau apa pun dari petisi," terang Melanie.
Keputusan tidak terjun ke politik praktis pada akhirnya jadi sesuatu yang malah Melanie Subono syukuri hingga saat ini.
"Ya, I'm good. Gue jadi nggak perlu ikut masuk ke sana," ucap Melanie.
Sampai sekarang, Melanie Subono masih aktif menyuarakan kritik atas berbagai kebijakan yang malah merugikan rakyat.
Termasuk salah satunya seperti pembukaan lahan tambang nikel di Raja Ampat, di mana Melanie Subono terang-terangan menyebut pemerintah sudah kelewat batas dalam mengeksploitasi tanah Papua.
![Melanie Subono [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/03/14/39989-melanie-subono.jpg)
"Indonesia sudah darurat perampasan," keluh Melanie lewat sebuah unggahan di Instagram pada 8 Juni 2025.
Melanie Subono juga sempat mengkritik kegagalan pemerintah menyiapkan puluhan juta lapangan kerja seperti janji mereka saat kampanye.
"Buat saya, pekerjaan itu 11-12 sama HAM dan hal-hal seksi lainnya, yang kalau lagi segala bentuk pemilihan itu akan diucapkan, tapi tidak seksi untuk dikerjakan," cibir Melanie dalam program Indonesian Lawyers Club pada 5 Juni 2025.