Kenapa Ustaz Abdul Somad Tak Pernah Mau Jadi Imam Salat Minta Hujan?

Ferry Noviandi Suara.Com
Sabtu, 28 Juni 2025 | 11:38 WIB
Kenapa Ustaz Abdul Somad Tak Pernah Mau Jadi Imam Salat Minta Hujan?
Kenapa Ustaz Abdul Somad Tak Pernah Mau Jadi Imam Salat Minta Hujan? [Instagram]

Suara.com - Penolakan Ustaz Abdul Somad (UAS) untuk menjadi imam salat Istisqa bukanlah sekadar keputusan pribadi, melainkan pernyataan sikap yang menggugah banyak kalangan.

Salat Istisqa adalah salat sunnah yang dilakukan untuk memohon kepada Allah SWT agar diturunkan hujan, terutama ketika terjadi kekeringan atau musim kemarau panjang.

Alasan UAS menolak untuk mengimami salat Istisqa disampaikan dalam sebuah forum keagamaan di Mapolda Riau bertajuk "Kajian Subuh Ilmiah: Alam dan Kita dalam Perspektif Agama dan Sains" pada 9 Mei 2025.

UAS dengan tegas mengungkap alasannya yang sangat kontekstual dan menyentuh aspek moral serta spiritual umat.

"Karena yang membakar (lahan dan hutan) itu juga ikut salat," ujar UAS di hadapan para pejabat dan aparat penegak hukum.

Ustaz Abdul Somad Pernah Bersuara untuk Raja Ampat. [Instagram]
Ustaz Abdul Somad tidak pernah mau setiap diminta untuk menjadi imam salat minta hujan. [Instagram]

Bagi UAS, menjadi imam dalam salat Istisqa berarti menjadi representasi moral yang tidak hanya memimpin doa, tapi juga menjamin adanya kesadaran dan pertobatan kolektif.

Sebagai tokoh agama, UAS merasa tidak bisa memimpin doa minta hujan ketika penyebab utama bencana justru berasal dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Sikap ini segera menjadi sorotan luas di media sosial. Banyak warganet menyambutnya dengan apresiasi, menyebut UAS sebagai sosok yang konsisten dan berani menolak pencitraan dalam ruang ibadah.

"UAS menunjukkan bahwa ibadah itu bukan seremoni, tapi harus sejajar dengan etika dan kesadaran ekologis," tulis salah satu warganet.

Baca Juga: Ungkap Motif Serangan Bom AS ke Iran, Gus Ulil Malah Diledek: Apakah Trump Wahabi Nuklir?

Mereka menilai penolakan UAS adalah bentuk dari penegasan bahwa spiritualitas Islam tak bisa dipisahkan dari tanggung jawab terhadap lingkungan.

Ketua PBNU, Ulil Abshar Abdalla alias Gus Ulil. [X]

Gus Ulil menggunakan istilah wahabi lingkungan sebagai perumpamaan terhadap gaya aktivisme lingkungan yang menurutnya terlalu puritan. [X]

Lebih lanjut, UAS menyoroti bahwa kebakaran hutan dan lahan bukan semata bencana alam, melainkan hasil dari keserakahan.

Keserakahan yang dimaksud adalah pembukaan lahan dengan cara membakar demi keuntungan ekonomi.

Sikap tegas UAS menyerempet pernyataan kontroversial Gus Ulil Abshar Abdalla tentang lingkungan beberapa waktu lalu.

Warganet melontarkan sindiran yang mengaitkan pernyataan UAS dengan istilah Wahabi lingkungan yang pernah digunakan Gus Ulil.

"Nah, biar si Ulil dan konco-konco liberalnya dengar tuh. Jangan asal jeplak nyalahin Wahabi," komentar salah satu komentar pedas di media sosial.

Gus Ulil sebelumnya menggunakan istilah wahabi lingkungan sebagai perumpamaan terhadap gaya aktivisme lingkungan yang menurutnya terlalu puritan.

Dia menyampaikan pandangan itu di tengah perdebatan tentang isu tambang nikel di Raja Ampat, serta fenomena meningkatnya alarmisme global dalam diskursus ekologi.

"Peduli lingkungan, oke. Menjadi wahabi lingkungan jangan," tulisnya dalam akun X miliknya.

Menurut Gus Ulil, segala bentuk aksi peduli lingkungan yang terlalu kaku dan keras justru bisa membutakan terhadap dinamika sosial dan ekonomi yang kompleks.

Kritik ini ditujukan agar aktivisme lingkungan tidak berubah menjadi penghalang baru yang menutup ruang dialog.

Ustaz Abdul Somad (UAS). [Ist]
Ustaz Abdul Somad (UAS). [Ist]

Perbedaan keyakinan antara UAS dan Gus Ulil memperlihatkan adanya dua pendekatan dalam melihat relasi antara agama dan lingkungan.

Di satu sisi, UAS menekankan pentingnya kejujuran spiritual dan pertanggungjawaban moral terhadap kerusakan alam.

Di sisi lain, Gus Ulil mengingatkan agar tidak terjebak dalam ekstremisme baru atas nama ekologi.

Yang jelas, pernyataan UAS telah membuka ruang diskusi yang lebih mendalam soal makna ibadah di tengah krisis lingkungan.

Bahwa dalam Islam, doa bukan sekadar permintaan kepada Tuhan, tapi juga cermin kesungguhan untuk berubah.

Ketegangan ini menunjukkan bagaimana isu lingkungan telah masuk jauh ke jantung perdebatan teologis dan moral umat Islam.

UAS sendiri memang dikenal vokal terhadap isu-isu lingkungan, bukan hanya soal pembakaran hutan saja.

Bahkan terkait Raja Ampat, dia sudah mengingatkan potensi perusakan yang dilakukan oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Kontributor : Chusnul Chotimah

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI