Suara.com - Jauh sebelum aplikasi kencan mendikte algoritma cinta dan komunikasi instan mereduksi misteri, ada satu film yang menangkap keajaiban murni dari sebuah pertemuan tak terduga: Before Sunrise.
Sudah lawas memang. Film ini buatan tahun 1995, tapi karya Richard Linklater bukanlah sekadar film tentang cinta pada pandangan pertama.
Ini adalah sebuah ode puitis untuk dialog, koneksi intelektual, dan keberanian untuk mengambil lompatan keyakinan dalam satu malam yang magis di Wina.
Bagi banyak penonton, film ini bukan hanya tontonan, melainkan sebuah pengalaman yang mendefinisikan kembali arti romantisme.
Mahakarya indi ini berdiri kokoh di atas premis yang sangat sederhana, membuktikan bahwa kekuatan sinema seringkali tidak terletak pada ledakan atau plot yang rumit, melainkan pada percakapan dua manusia yang saling membuka diri.
![Salah satu adegan film lawas Before Sunrise (1995) yang dibintangi Ethan Hawke dan Julie Delpy). [Columbia Pictures]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/07/05/77932-adegan-film-before-sunrise.jpg)
Satu Kereta, Satu Malam, Dua Jiwa
Perjalanan kereta api dari Budapest menjadi saksi awal pertemuan Jesse (Ethan Hawke), seorang pemuda Amerika yang sedikit sinis namun romantis, dengan Celine (Julie Delpy), mahasiswi Sorbonne asal Prancis yang cerdas dan penuh perenungan.
Terjebak dalam gerbong yang sama, percakapan mereka mengalir begitu saja, dari topik ringan hingga diskusi mendalam tentang kehidupan, cinta, dan kematian.
Merasakan adanya koneksi langka yang tak bisa diabaikan, Jesse membuat sebuah proposal impulsif saat kereta tiba di Wina: meminta Celine turun dari kereta bersamanya dan menemaninya berjalan-jalan di kota itu hingga penerbangannya ke Amerika keesokan paginya.
Baca Juga: 5 Film Indonesia Adaptasi Lagu, Komang Jadi yang Terlaris
Celine, secara mengejutkan, setuju. Apa yang terjadi selanjutnya adalah 12 jam pengembaraan tanpa tujuan pasti.
Mereka menyusuri jalanan Wina yang indah, mengunjungi pemakaman orang-orang tak bernama, naik bianglala Prater, berbagi ciuman pertama dengan gugup, mampir ke toko kaset tua untuk mendengarkan lagu bersama dalam keheningan, dan bertemu dengan seorang penyair jalanan.
Plot film ini adalah dialog mereka. Setiap percakapan membuka lapisan baru dari kepribadian, ketakutan, harapan, dan impian mereka.
Seiring fajar yang mulai menyingsing, mereka dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa malam mereka akan segera berakhir, membawa mereka pada perpisahan yang tak terhindarkan dan sebuah janji rapuh di stasiun kereta.
Waktu, Kematian, dan Keberanian untuk 'Ada'
Before Sunrise adalah sebuah film eksistensial yang tersembunyi dalam balutan romansa.