Suara.com - Perbincangan hangat mengenai riders atau daftar permintaan musisi yang dianggap membebani penyelenggara konser turut mengundang komentar dari Cholil Mahmud.
Vokalis band Efek Rumah Kaca (ERK) itu memberikan pandangan bijaknya menanggapi sentilan yang sebelumnya dilontarkan oleh musisi senior, Ari Lasso, kepada para musisi muda.
Menurut Cholil, permintaan yang berlebihan dari musisi, terutama yang baru meniti karier, dapat menjadi bumerang bagi keberlangsungan mereka di industri musik.
"Ya mereka sebenarnya bisa menilai bagaimana keberlangsungan karier mereka, kalau mereka terlalu banyak maunya gitu," ujar Cholil Mahmud saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025.
Bagi Cholil, yang telah belasan tahun berkarya bersama Efek Rumah Kaca, menyusahkan penyelenggara acara tidak akan membawa dampak positif.
![Vokalis Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud dalam sebuah wawancara di kawasan Kemang, Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/09/60967-vokalis-efek-rumah-kaca-cholil-mahmud.jpg)
Ia menekankan pentingnya membangun hubungan simbiosis mutualisme antara musisi dan penyelenggara.
"Kalau buat saya pribadi, saya nggak tahu saya sama ERK itu dikategorikan band baru atau band lama, tapi ya merasa bahwa ngerepotin penyelenggara tuh nggak membawa manfaat," tegasnya.
Cholil pun setuju bahwa musisi muda perlu berpikir jangka panjang.
Popularitas yang sedang menanjak memang sering membuat penyelenggara rela memenuhi berbagai permintaan.
Baca Juga: Dulu Bucin, Kini Musuhan? Kilas Balik 6 Lagu Cinta Ahmad Dhani untuk Maia Estianty
Namun, situasi bisa berbalik ketika popularitas meredup.
![Vokalis Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud dalam sebuah wawancara di kawasan Kemang, Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/09/52305-vokalis-efek-rumah-kaca-cholil-mahmud.jpg)
"Jadi, baiknya band itu, yang muda gitu misalnya, ya agak setuju sih bahwa harus punya pemikiran yang panjang tentang bagaimana membangun hubungan yang baik dengan penyelenggara," katanya.
"Kan kalau lagi naik daun, mungkin akan dipenuhi keinginannya. Tapi nanti kalau nggak naik daun atau permintaan penonton sudah nggak banyak gitu ya, akhirnya hal-hal yang bikin ribet penyelenggara bikin si band-nya jadi nggak diundang. Itu kan sayang ya," lanjut Cholil.
Ia menambahkan, kunci dari ekosistem industri musik yang sehat adalah sikap saling pengertian.
Ketika musisi memahami tantangan penyelenggara dan sebaliknya, hubungan kerja yang baik dan berkelanjutan dapat terjalin.
"Jadi sebenarnya kalau kita semakin mengerti problema penyelenggara, lalu penyelenggara juga mengerti problema band, ya kalau saling mengerti sebenarnya bagus buat keberlangsungan hubungannya dan keberlangsungan ekosistem gitu," jelasnya.