Infografis
"Anggota dewan bukannya sibuk kerja ngurusin rakyat. Densu malah ngasih panggung lagi," ujar komentar lain yang menyoroti status Ahmad Dhani sebagai pejabat publik.
Kritik tajam ini tak lepas dari kontroversi yang kembali mencuat setelah Ahmad Dhani mengunggah dua video ke kanal YouTube miliknya.
Dua video tersebut berjudul "Kompilasi Gibah dan Fitnah Maia Estianty" serta "LAGI!!! FITNAH MAIA PART 2: FITNAH KDRT AHMAD DHANI."
Dalam video-videonya, Dhani menyajikan potongan pernyataan-pernyataan lama Maia Estianty yang menurutnya berisi fitnah terkait masa lalu mereka, termasuk tuduhan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dia menyatakan bahwa unggahan ini bukan bentuk dendam pribadi, melainkan sebagai upaya untuk membuktikan bahwa Maia masih kerap menyebarkan narasi yang tidak benar tentang dirinya dan Mulan Jameela, istri yang kini dinikahinya.
"Kalau tidak ada bantahan dari Maia, berarti pernyataan saya benar," ujar Dhani dalam salah satu cuplikan video tersebut.
Dia bahkan menantang Maia untuk memberikan bantahan langsung terhadap tudingan-tudingannya.
Respons publik terhadap dua video itu pun tak kalah keras. Banyak netizen yang menganggap Dhani belum bisa move on dari masa lalunya bersama Maia.
Tak sedikit pula yang menilai bahwa tindakan Dhani justru berpotensi melukai perasaan ketiga anaknya dari pernikahan sebelumnya, Al Ghazali, El Rumi, dan Dul Jaelani, yang diketahui memiliki hubungan baik dengan Maia.
Baca Juga: Berhasil Sedot Perhatian Publik, Ternyata Begini Trik Lita Gading Gaet Audiens
Namun ada juga yang mengktritik Al, El dan Dul karena terkesan diam saja, tidak membela Maia yang merupakan ibu kandung mereka.
Kritik terhadap Denny Sumargo pun semakin tajam karena dianggap berkontribusi dalam menyediakan platform bagi Ahmad Dhani untuk menyebarkan narasi yang menuai kontroversi tersebut.
Meski hingga kini belum ada klarifikasi resmi dari pihak Denny terkait tujuan kedatangan Ahmad Dhani, publik sudah lebih dulu memberikan vonis.
Netizen pun mengingatkan Denny Sumargo agar lebih selektif dalam memilih tamu podcast, terutama ketika berkaitan dengan sosok yang sedang terlibat konflik terbuka di ruang publik.
Kontributor : Chusnul Chotimah
