Viral Tarian Aura Farming Bocah Pacu Jalur Bikin Netizen Terpukau, Ini Makna Mistis di Baliknya

SumarniIsmail Suara.Com
Minggu, 13 Juli 2025 | 14:00 WIB
Viral Tarian Aura Farming Bocah Pacu Jalur Bikin Netizen Terpukau, Ini Makna Mistis di Baliknya
Makna  di balik tarian Aura Farming (wonderfulimages.kemenparekraf.go.id)

Suara.com - Sebuah tradisi budaya dari pedalaman Riau Pacu Jalur tiba-tiba mengguncang linimasa media sosial global.

Dari klub sepak bola elite seperti Paris Saint-Germain (PSG) hingga pembalap Formula 1, semua menirukan sebuah tarian energik yang dilakukan oleh seorang anak kecil di ujung perahu kayu panjang.

Dialah Rayyan Arkan Dikha, bocah 11 tahun yang aksinya kini dijuluki tarian aura farming oleh warganet, membawa tradisi Pacu Jalur ke panggung dunia.

Fenomena ini menjadi bukti bagaimana budaya lokal dapat menembus batas geografis dan generasi berkat kekuatan internet.

Namun, di balik goyangan yang viral, tersimpan makna mendalam, strategi, dan spiritualitas yang telah diwariskan selama ratusan tahun.

Aura Farming Anak Coki Pacu Jalur Kuansing. [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]
Makna  di balik tarian Aura Farming  [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]

Jauh sebelum dikenal sebagai aura farming, peran yang dimainkan Dikha memiliki sebutan dan tugas yang sakral.

Di tengah hiruk pikuk suara gendang dan sorak sorai penonton di sepanjang Sungai Kuantan, sosok di ujung perahu dikenal sebagai Tukang Tari.

Ia juga memiliki nama lain seperti Togak Luan atau Anak Coki. Perannya bukan sekadar pemanis dalam perlombaan Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, melainkan sebagai komandan non-verbal yang krusial.

Posisi dan gerakannya adalah bahasa isyarat bagi puluhan pendayung di belakangnya.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Penginapan untuk Nonton Pacu Jalur Riau

Di tengah deru air dan teriakan penonton, komunikasi visual dari sang Tukang Tari menjadi penentu strategi dan ritme tim. Kehadirannya adalah jantung dari dinamika perlombaan yang menegangkan.

Event pacu jalur di Kuantan Singingi, Riau (Dok. Pribadi/ Rion Nofrianda)
Makna  di balik tarian Aura Farming (Dok. Pribadi/ Rion Nofrianda)

Istilah "aura farming" sendiri kemungkinan besar dipinjam dari dunia game, yang berarti tindakan untuk mengumpulkan kekuatan atau "aura" agar menjadi lebih unggul.

Generasi Z dan milenial di media sosial mengadopsi istilah ini untuk menggambarkan aksi Dikha yang terlihat begitu keren dan penuh percaya diri saat memimpin perahunya.

Julukan ini berhasil menerjemahkan sebuah ritual budaya ke dalam bahasa yang dipahami dan diapresiasi oleh anak muda di seluruh dunia.

Apa yang dilakukan Dikha, sang "Angel" Pacu Jalur, adalah perpaduan antara fungsi tradisional dan ekspresi pribadi yang menawan.

Gerakannya yang lincah dan penuh semangat tidak hanya membakar adrenalin para pendayung, tetapi juga berhasil memikat jutaan pasang mata di layar gawai, menjadikan tradisi ini relevan di era digital.

Setiap gerakan yang dilakukan oleh Tukang Tari seperti Dikha memiliki arti spesifik yang menentukan jalannya perlombaan.

Saat ia duduk dengan tenang, itu adalah sinyal bahwa posisi perahu masih seimbang atau beriringan dengan lawan.

Jika ia berdiri dan menari menghadap ke belakang, ia sedang menyuntikkan semangat agar para pendayung mengerahkan tenaga lebih besar.

Ketika Tukang Tari berdiri gagah menghadap ke depan, itu adalah pertanda kemenangan yang sudah di depan mata atau timnya sedang memimpin balapan.

Salah satu aksi paling dramatis adalah ketika ia melompat ke sungai sesaat sebelum garis finis.

Aksi ini bukanlah kecelakaan, melainkan strategi pamungkas untuk mengurangi beban perahu dan menambah kecepatan sepersekian detik yang berharga.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyebut fenomena ini sebagai cara unik untuk mempromosikan tradisi dan berencana mengusulkan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

Anak coki Pacu Jalur Kuansing. [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]
Makna  di balik tarian Aura Farming [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]

Berkat aksinya, Rayyan Arkan Dikha bahkan dinobatkan menjadi duta pariwisata, membuktikan bahwa seorang anak kecil mampu menjadi agen promosi budaya yang efektif.

Kisah Dikha dan tarian "aura farming" adalah cerminan indah tentang bagaimana tradisi dapat beradaptasi dan menemukan audiens baru.

Ini adalah pengingat bahwa di balik setiap tren viral, sering kali terdapat cerita, makna, dan kekayaan budaya yang menunggu untuk ditemukan.

Dari sungai di Kuantan Singingi, sang "Angel" Pacu Jalur telah berhasil memancarkan auranya ke seluruh dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI