Kesuksesan Superman terasa lebih istimewa mengingat genre superhero saat ini sedang berada di titik kritis akibat kejenuhan.
Banyak film terasa repetitif, terbukti dari kegagalan The Marvels (2023) yang hanya mencetak US $46 juta (Rp749 miliar) pada pekan pembukanya, rekor terendah dalam sejarah Marvel.
Namun, pasar membuktikan bahwa penonton tidak sepenuhnya meninggalkan genre ini, melainkan mencari sesuatu yang berbeda dan berani.
Contohnya adalah Deadpool & Wolverine (Juli 2024), sebuah film dengan rating dewasa (R-rated) yang justru meroket dengan pendapatan lebih dari US $200 juta (Rp3,26 triliun) di akhir pekan perdananya.
Momentum "Superman" juga didukung oleh tren positif di bioskop selama musim panas, di mana penonton menunjukkan minat yang tinggi terhadap film blockbuster.
Pekan sebelumnya, "Jurassic World Rebirth" sukses besar dengan pembukaan US $147 juta (Rp2,4 triliun), membuktikan bahwa penonton haus akan tontonan sinematik skala besar.
Menurut Dergarabedian, film ini berhasil memosisikan dirinya dengan sempurna sebagai sebuah tontonan hiburan musim panas yang seru dan wajib ditonton.
"Superman" seolah berteriak: 'Ini film popcorn musim panas yang wajib ditonton!', dan itu adalah formula yang sangat sulit ditolak oleh penonton," tambahnya.

Shawn Robbins, direktur analitik Fandango, menyatakan bahwa "Superman" adalah salah satu film yang performanya paling sulit diprediksi sebelumnya.
Baca Juga: Review Film On Becoming a Guinea Fowl: Rahasia dalam Tiap Luka dan Diamnya
Menurutnya, nuansa yang lebih cerah dan menyenangkan menjadi faktor pembeda utama yang memisahkannya dari film-film superhero lainnya belakangan ini.
Kini, kelangsungan jangka panjang film ini akan sangat bergantung pada kekuatan promosi dari mulut ke mulut.
Jika penonton terus memberikan rekomendasi positif, "Superman" tidak hanya akan menjadi sukses sesaat, tetapi juga menjadi fondasi yang kokoh bagi masa depan DC Studios.