Salah satu ironi terbesar dari persaingan ini adalah kedua film datang dari genre yang sama sekali berbeda.
Blood Brothers: Bara Naga adalah film aksi kriminal yang penuh dengan adegan laga dan ketegangan.
Film ini menyasar penonton dewasa yang menyukai cerita-cerita gangster dan polisi.
Di sisi lain, Jumbo adalah film animasi keluarga yang menyentuh hati.
Dengan karakter yang menggemaskan dan cerita yang penuh nilai persahabatan.
Film ini menyasar segmen penonton yang jauh lebih luas, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
3. Buntut Kegagalan: Boikot dan Hinaan "Jubo"
Alih-alih introspeksi, kegagalan Blood Brothers disambut dengan reaksi defensif dari sebagian netizen Malaysia.
Muncul tudingan bahwa pasar Indonesia tidak adil dan sengaja "memblokir" film Malaysia.
Baca Juga: Malaysia Iri, Plesetkan Film Jumbo Jadi 'Jubo' Artinya...
Kekecewaan ini memuncak pada seruan untuk memboikot film Jumbo.
"Eh sebagian netizen Malaysia malah ngajak boikot Jumbo, yang bener aja Pak Cik!" sindir narasi dalam sebuah video.
Lebih parah lagi, media Malaysia BuzzPop TV sengaja memplesetkan judul Jumbo menjadi "Jubo", sebuah kata yang sangat kasar dalam bahasa Melayu.
Penghinaan ini jelas menunjukkan adanya rasa iri yang mendalam atas keberhasilan karya anak bangsa Indonesia.
![Kolase - Foto poster Film Jumbo (kiri) dan potongan gambar media sosial Malaysia yang memplesetkan Jumbo menjadi kata-kata kasar. [Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/07/16/68674-malaysia-plesetkan-film-jumbo-karena-iri.jpg)
4. Kualitas Diakui Sineas Malaysia Sendiri
Menariknya, di tengah panasnya sentimen netizen, para sineas profesional Malaysia justru memberikan pandangan yang lebih jujur dan objektif.