"Yang mereka tanamkan bahwa be yourself, tetap jadi diri sendiri, punya attitude yang bagus, jadi apa adanya, terus be humble," tutur Qory.
Namun kemenangan itu membawa dampak besar. Dia sempat tidak diterima oleh sebagian warga Aceh.
"Yang jelas waktu itu saya sampai tidak diterima oleh warga Aceh, kayak enggak boleh pulang ke Aceh," kenangnya.
Adapun menurut Qory, tantangan sebagai Puteri Indonesia tak hanya soal penampilan, tapi juga mental dan tanggung jawab besar. Dia harus bisa berdiri di depan publik, termasuk pidato di hadapan Presiden dan para menteri.
"Namanya harus pidato depan Presiden, pidato depan para Menteri, ya gimana sih, anak 17 tahun yang dikarbit gitu ya... tapi ternyata saya bisa," terangnya.
Meski kini sudah melewati masa itu, Qory mengaku banyak perubahan positif dalam hidupnya. Salah satunya dari kepribadian hingga pola perilakunya sehari-hari.
Qory Sandioriva juga menjadi lebih dewasa sejak usianya masih remaja.
"Satu, jadi kepribadian ya, terbawa banget gitu. Melekat sekali jadi seorang puteri itu. Ciri khasnya tuh ketahuan banget," tutur Qory.
"Terus mungkin, yang berubah lagi adalah bagaimana kita cara berpikir. Jadi atas tempaan-tempaan kontroversi, tempaan-tempaan juga, kita kan dididik di, ibaratnya selama satu tahun menjabag itu, kita juga belajar gitu, tempaan- tempaan itu yang membuat saya mungkin jadi lebih dewasa, ya mungkin, saat teman-teman usia 17," imbuhnya.
Baca Juga: Qory Sandioriva Diam-diam Sudah Cerai untuk Kali Kedua