Suara.com - Aktris Indah Permatasari yang dikenal jarang berbagi cerita tentang kehidupan pribadinya, kini berkisah tentang pola asuh yang ia dan suaminya, Arie Kriting, terapkan untuk putra semata wayang mereka.
Menurutnya, penting untuk memahami karakter anak terlebih dahulu sebelum menentukan metode pendisiplinan, karena setiap anak memiliki keunikan masing-masing.
Hal tersebut diungkapkan oleh perempuan berusia 28 tahun ini saat ditemui di kawasan Sunter, Jakarta Utara, pada Kamis, 17 Juli 2025.
Ia menjelaskan bahwa caranya dan Arie dalam mengasuh anak sangat bergantung pada respons dan kepribadian sang buah hati.
"Aku sama Bang Arie itu tipenya ngelihat anak sih. Maksudnya, kami ngelihat karakter anaknya seperti apa," ungkap Indah Permatasari.

Bintang film "Agak Laen" ini mencontohkan, putranya yang akrab disapa Naka, cenderung akan lebih melawan jika dihadapi dengan sikap yang keras atau tegas.
"Kalau dikerasin dikit, dia tuh suka lebih keras lagi," jelasnya.
Oleh karena itu, ia menemukan bahwa komunikasi yang lembut dan jelas jauh lebih efektif. Menurut Indah, jika menasihati Naka dengan nada tinggi, sang anak justru tidak akan mendengarkan.
Sebaliknya, jika ia berbicara dengan tenang dan menjelaskan perbuatannya, Naka akan lebih mudah mengerti dan memperbaiki perilakunya.
Baca Juga: Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara, Arie Kriting: Kita Harus Sadar Kapabilitas
Indah mencontohkan, alih-alih melarang dengan nada tinggi, ia memilih berkomunikasi dengan lembut.
![Arie Kriting, Indah Permatasari dan Naka [Instagram/@arie_kriting]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/07/29/27580-arie-kriting-indah-permatasari-dan-naka-instagramatarie-kriting.jpg)
"Kayak misalnya, 'Naka, Ibu nggak suka deh kalau misalnya Naka dorong-dorong teman'. Nah nanti itu dia tuh kayak, 'Oh iya ya, Ibu', besokannya itu dia bagus," paparnya.
"Tapi kalau misalnya, 'Naka jangan, jangan dorong-dorong teman, tuh nggak bagus'. Nah, besokannya itu dia ngelakuin lebih dari itu," sambung Indah.
Pola asuh yang komunikatif ini juga ia terapkan saat Naka mulai menunjukkan fase kritis, terutama ketika memahami bahwa orang tuanya akan pergi bekerja.
"Dia sih sebenarnya udah tahu kalau misalnya orang tuanya udah kerja. Jadi, ketika ibunya dan bapaknya udah mulai pakai parfum, pakai jaket, sepatu, dia udah pasti kayak, 'Mau ke mana, Ibu? Ibu, Naka ikut, ya'," tutur Indah.
Untuk mengatasi hal tersebut, Indah memilih untuk tidak pergi diam-diam.