Review The Contractor: Chris Pine Dikhianati sebagai Tentara Bayaran, Tayang Malam Ini di Trans TV

Suara.com - Trans TV malam ini akan menyuguhkan film action thriller bertajuk The Contractor. Film yang dirilis pada 2022 ini mengangkat tema menarik tentang kehidupan veteran perang setelah bebas tugas menjadi tentara.

Tayang malam ini pukul 21.00 WIB, The Contractor banyak mendapat pujian, khususnya untuk sang aktor pemeran utama, Chris Pine, meski juga tak sedikit mendapat banyak kritik karena dianggap lemah di beberapa bagian.

The Contractor, film thriller spionase adalah sebuah potret suram tentang seorang pahlawan militer Amerika yang terpaksa masuk ke dunia keamanan swasta yang keruh dan berbahaya.

Disutradarai oleh Tarik Saleh, film ini menyajikan studi karakter yang dibalut sebagai film thriller, mengeksplorasi apa yang terjadi ketika para veteran yang telah mengorbankan tubuh mereka di medan perang ditinggalkan untuk berjuang sendiri.

Kisah The Contractor berpusat pada James Harper (Chris Pine), seorang sersan Pasukan Khusus AS yang terpaksa pensiun dini.

Setelah diberhentikan secara tidak sukarela dari Angkatan Darat karena menggunakan zat terlarang untuk mengobati cedera lututnya yang parah, Harper kehilangan tunjangan kesehatan dan pensiunnya.

Di tengah kesulitan finansial yang menumpuk dan tekanan untuk menafkahi keluarganya, yang terdiri dari istri, Brianne (Gillian Jacobs), dan putranya, Jack (Sander Thomas), Harper dihadapkan pada pilihan sulit.

Meskipun telah berjanji pada istrinya untuk tidak terlibat dalam pekerjaan keamanan swasta, tawaran uang besar dari teman lamanya, Mike (Ben Foster), terbukti terlalu menggiurkan untuk dilewatkan.

Mike memperkenalkannya kepada Rusty Jennings (Kiefer Sutherland), pemimpin sebuah perusahaan kontraktor pertahanan swasta yang menjanjikan pekerjaan yang aman dan terhormat dengan bayaran di muka sebesar US$50.000.

Baca Juga: Assalamualaikum Baitullah Sedang Tayang di Bioskop, Ceritakan Perjalanan Jiwa dari Gelap ke Cahaya

Tugas pertama Harper membawanya ke Berlin dalam sebuah misi rahasia untuk mengawasi seorang ilmuwan bernama Salim Mohsin (Fares Fares), yang diduga memiliki hubungan dengan Al Qaeda dan berencana melepaskan senjata biologis.

Awalnya, misi berjalan lancar, dieksekusi dengan presisi militer oleh tim yang dipimpin Mike.

Namun, situasi berubah drastis ketika polisi Berlin muncul dan misi tersebut menjadi kacau, yang kemudian mengungkap pengkhianatan.

Harper tiba-tiba mendapati dirinya menjadi target, diburu bukan oleh pemerintahnya, melainkan oleh perusahaan swasta Amerika yang membayarnya.

Sendirian di negara asing dengan sumber daya terbatas dan lutut yang cedera, ia harus berjuang untuk bertahan hidup, mengungkap kebenaran di balik misi tersebut, dan menemukan jalan pulang.

The Contractor mencoba menyentuh isu-isu relevan yang dihadapi para veteran militer, seperti bunuh diri, utang yang melumpuhkan, dan PTSD.

Film ini melukiskan gambaran sinis tentang bagaimana sistem dengan acuh tak acuh membuang para pahlawan dan memaksa mereka masuk ke dalam pekerjaan yang mereka sendiri pandang rendah hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

J.P. Davis, sang penulis naskah, menyajikan sisi kontraktor swasta yang lebih manusiawi dan dapat dirasakan, melampaui stereotip tentara bayaran dangkal yang sering digambarkan dalam film.

Performa Chris Pine sebagai James Harper menjadi penyelamat utama film ini. Pine disebut memberikan penampilan yang berlapis, kuat secara fisik, dan mampu menyampaikan pergolakan batin karakternya dengan sangat baik.

"Chris Pine adalah aktor yang mampu membuat pilihan yang paling dipertanyakan tampak bernuansa dan perlu, dan ia memerankan Harper dengan kemanusiaan yang dapat dipahami sepanjang film."

Chemistry antara Pine dan Ben Foster, yang kembali beradu akting setelah Hell or High Water, juga menjadi titik terang yang signifikan, setiap adegan mereka terasa elektrik dan kompleks.

Meskipun memiliki premis yang menarik dan penampilan yang kuat, banyak kritikus menilai narasi film ini dapat diprediksi dan formulaik.

Setelah misi di Berlin gagal, alur ceritanya berjalan di jalur yang sudah bisa ditebak, penuh dengan pengkhianatan dan tanpa kejutan berarti.

Babak pertama dianggap berjalan lambat, menghabiskan tiga puluh menit pertama untuk merinci daftar masalah Harper, yang mungkin membuat penonton yang mengharapkan film aksi kehilangan minat.

Sementara itu, babak akhir kembali ke kesimpulan yang generik dan biasa saja.

Meskipun adegan aksi di Berlin, termasuk kejar-kejaran sepeda motor yang intens, dipuji karena berhasil meningkatkan ketegangan, naskah yang lebih inovatif diperlukan untuk mengangkat film ini ke level waralaba Bourne.